• Bijak dalam bersosial media

    Mari perdalam agama islam secara kaffah/menyeluruh, hati-hati dalam copas dan share sosmed, ikuti pendapat ulama yang ikhlas dan benar.

  • Islam adalah agama yang Sempurna

    Kebenaran Islam tidak terbantahkan oleh kebenaran apapun,buktikan. Pelajari secara mendalam kepada ustad/ustazah yang benar dan ikhlas

  • Sosial Media bagaikan pisau bermata dua

    Mari gunakan sebaik-baiknya, cerdas dan arif dalam penggunaannya serta tidak menyalahi aturan islam

Thursday, July 12, 2018

Keutamaan mempelajari Bahasa Arab

Kenapa mesti belajar bahasa Arab? Apa manfaatnya? Apa keutamaan mempelajari Bahasa Arab?
Walau kita bukan orang Arab, namun manfaatnya cukup besar jika kita mau mempelajari bahasa Arab.
Ini beberapa alasan kenapa kita mesti luangkan waktu untuk belajar bahasa Arab.

Pertama:

Keutamaan bahasa Arab amatlah jelas karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an Al-Karim. Cukup alasan inilah yang jadi alasan besar kenapa kita harus mempelajari bahasa Arab. Keistimewaan bahasa Arab disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dari sepuluh tempat, di antaranya pada ayat,
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ . قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 27-28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
اللِّسَانُ العَرَبِي شِعَارُ الإِسْلاَمِ وَأَهْلِهِ
“Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.” Disebutkan dalam Iqtidha’ Shirath Al-Mustaqim.

Kedua:

Dengan mempelajari bahasa Arab lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Dengan modal bahasa Arab akan mudah pula dalam memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafalkan, menjelaskan serta mengamalkannya.

Ketiga:

Orang yang paham bahasa Arab, terutama paham kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin mudah memahami Islam daripada yang tidak mempelajarinya sama sekali. Apalagi jika tugas seseorang sebagai penyampai dakwah, menjadi seorang da’i, kyai atau ustadz, tentu lebih urgent lagi mempelajarinya agar mudah memberikan pemahaman agama yang benar pada orang banyak.

Keempat:

Orang yang paham bahasa Arab akan mudah menggali ilmu dari ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini. Sedangkan yang tidak paham bahasa Arab hanya bisa mengandalkan kitab terjemahan dan itu sifatnya terbatas.

Kelima:

Bahasa Arab itu bahasa yang lembut dan lebih mengenakkan hati, serta menentramkan jiwa.
Ibnu Katsir saat menjelaskan surat Yusuf ayat kedua menyatakan,
لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس
“Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas (kosakatanya), dan paling banyak mengandung makna yang menentramkan jiwa.”

Keenam:

Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia.
Ibnu Katsir rahimahullah juga menyatakan,
فلهذا أنزلَ أشرف الكتب بأشرف اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ إنزاله في أشرف شهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه
“Karena Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan pada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai sisi itu, kita bisa menilai bagaimanakah mulianya kitab suci Al-Qur’an.”
Oleh karena itu Allah nyatakan tentang bahasa Arab,
إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2)

Ketujuh:

Bahasa Arab adalah bahasa yang lurus, mudah dipahami dan mudah digunakan sebagai hukum bagi manusia.
Allah menyatakan sendiri,
قُرْآَنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“(Ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 28)
Dalam ayat lain disebutkan,
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara: 192-195). Sebagaimana disebutkan dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasanya orang Quraisy yang setiap orang mudah memahaminya.
Juga dalam ayat lain disebutkan,
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.” (QS. Ar-Ra’du: 37). Disebutkan dalam Tafsir Al-Jalalain, bahasa Arab digunakan sebagai hukum di tengah-tengah manusia. Dalam Zaad Al-Masiir disebutkan bahwa bahasa Arab bisa digunakan untuk menerangkan hukum-hukum yang wajib.
Masih tak tergerak hati Anda untuk mempelajari bahasa yang paling mulia dan dicintai oleh Allah?
Semoga Allah mudahkan untuk mempelajari bahasa Arab. Ihrish ‘ala maa yanfa’uk, semangatlah dalam hal yang manfaat untukmu.


Sumber: https://rumaysho.com/12720-7-alasan-harus-belajar-bahasa-arab.html

Monday, July 9, 2018

Dampak negatif Tik Tok dan solusinya

Sedihnya, kebanyakan remaja yang kebablasan itu adalah remaja Islam yang terjerumus mengikuti gaya hidup bebas ala Barat. Barat dijadikan kiblat dalam menjalani kehidupan. Halal dan haram tidak lagi dijadikan sebagai standar berbuat. Yang penting trendi dan bisa meraih eksistensi diri.
_____________ 
Aplikasi Tik Tok  Potret Generasi Alay Yang Abai

bahaya tiktok dan solusinya


Oleh: Yusriana

Copas dari #MuslimahNewsID -- Para pegiat dunia maya tentu sangat merasakan hebohnya pemberitaan sosok Bowo Alpenliebe yang mendadak viral bermodal aplikasi Tik Tok.  Remaja 13 tahun yang bernama asli Prabowo Mondardo dan masih duduk di kelas VIII SMP ini  membuat gempar dunia instagram karena menjadi seleb di “aplikasi alay”.  Followernya pun sudah mencapai 400 ribuan.

Bagi yang masih asing dengan aplikasi TikTok yang sedang hits dan belakangan diblokir di Indonesia ini, perlu diketahui aplikasi ini adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah untuk membuat video pendek serta dapat dipamerkan kepada teman-teman atau pengguna lainnya.

Aplikasi sosial video pendek (yang lagi-lagi) dikembangkan oleh Cina ini memiliki dukungan musik yang banyak sehingga penggunanya dapat melakukan performanya dengan tarian, gaya bebas, dll sebagaimana yang dilakukan oleh Bowo.
===

Generasi alay kebablasan

Bowo hanyalah satu dari sekian banyak artis dadakan di dunia maya. Viralnya Bowo pun bukanlah fenomena baru. Pasti kita masih ingat Sinta dan Jojo, dua remaja yang mendadak tenar dengan lipsing ‘Keong Racun’nya. Kita juga tak asing dengan nama Awkarin, Yusi Fadila dan yang tidak lama sebelum ini adalah sosok Nuraini yang mendadak ‘ngartis’ berkat aksinya di dunia maya dengan artis favoritnya.

Hanya saja sejak kehadiran aplikasi Tik Tok  hingga naik daun di Indonesia, aplikasi ini kebanyakan menghadirkan anak-anak muda alay yang cuma joget-joget tak jelas dan tentu miskin manfaat. Parahnya pengguna aplikasi Tik Tok ini banyak juga dari kalangan  remaja putri yang dengan bangga memamerkan tubuh yang seharusnya bukan menjadi konsumsi publik. Bahkan berikutnya para remaja berkerudung pun turut berjingkrak-jingkrak meramaikan dunia Tik Tok. Inilah yang sangat membuat miris. Menyaksikan fakta generasi Bowo di zaman now yang sibuk dengan aktifitas hura-hura, miskin faedah.

Yang lebih membuat miris hingga mengiris hati ini adalah menyaksikan tingkah laku para fans Bowo. Mereka begitu fanatiknya dalam mengidolakan figur Bowo. Di akun-akun para penggemar Bowo itu bertebaran ungkapan-ungkapan yang di luar batas. Seperti: “Kak Bowo ganteng banget. Saya rela ga masuk surga asal perawanku pecah sama Kak Bowo”.  “Ambil aja keperawananku untuk kaka aku iklas”, “Bikin agama baru yuk, Kak Bowo Tuhannya, kita semua umatnya. Yang mau jadi Nabinya chat aku ya.” “tiada yang hebat selain tuhan kita Bowohuakbar”,  “Tiada tuhan selain Bowo kalian harus tunduk sama Bowo tuhanquee. Yang ga tunduk kalian masuk neraka jahanam ya…” dan lain sebagainya.

Astagfirullah… inilah fenomena remaja kebablasan yang sangat memprihatinkan. Inilah bukti semakin menjamurnya generasi alay yang abai terhadap identitas dirinya. Bahkan abai terhadap kehidupannya.

Belum lagi demi jumpa dengan Bowo dalam kesempatan meet and greet yang bertarif 80.000 sampai 100 ribu rupiah, banyak fansnya yang keblinger. Ada yang mengatakan “aku rela jual ginjal ibuku untuk ketemu sama kak Bowo”.  Sempat viral juga curhatan seorang ayah yang mengeluhkan kelakuan anaknya yang fans berat Bowo. "Anak saya sudah tergila gila sama bowo. Sampai maling duit saya di laci 500 ribu untuk ketemu Bowo padahal buat bayar kontrakan”.  Sungguh tak masuk akal sehat. Rela melakukan apa pun demi sekedar bertemu seorang fans yang tak kenal dengan dirinya.
===

Biang keladi Generasi Alay

Sejatinya Bowo dan para selebgram lainnya adalah korban kemajuan teknologi di era globalisasi, sementara fansnya adalah korban rusaknya sistem yang mengagungkan kebebasan. Inilah buah nyata dari sistem sekuler yang diterapkan saat ini, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem sekuler menjadikan agama hanya sebatas ritual, disepelekan, bahkan dihinakan. Hasilnya, remaja zaman now mengalami krisis identitas. Tidak memahami jati dirinya. Jauh dari agama dan lebih memilih gaya hidup bebas sebebas-bebasnya, semaunya, dan kebablasan.

Sedihnya, kebanyakan remaja yang kebablasan itu adalah remaja Islam yang terjerumus mengikuti gaya hidup bebas ala Barat. Barat dijadikan kiblat dalam menjalani kehidupan. Halal dan haram tidak lagi dijadikan sebagai standar berbuat. Yang penting trendi dan bisa meraih eksistensi diri. Yang penting terpuaskan segala hasrat. Beginilah kebanyakan remaja zaman now! Wallhasil, kehidupan remaja Islam yang serba bebas ini tidak membawa maslahat bagi dirinya apalagi untuk umat.

Sebaliknya, mudharat atau kerusakan siap menerkam dan mencabik-cabik remaja Islam. Hidup tanpa aturan Sang Pencipta memang ibarat hidup dalam rimba. Semrawut tak tentu arah dan menghantarkan pada binasa. Karena begitulah hakikat kebebasan, biang dari kebinasaan.

Selain sistem sekuler yang rusak dan merusak, sistem kapitalis yang menjadi pondasi ekonomi negeri ini juga berkontibusi besar merusak generasi zaman now. Sistem kapitalis selalu berhasrat meraup keuntungan besar. Walhasil penggunaan media yang menguntungkan para kapitalis tidak selalu memperhatikan bagaimana dampak media bagi generasi.

Penggunaan media tanpa batas seperti pada aplikasi Tik Tok di kalangan remaja terus dieksplor untuk memenuhi hasrat para kapital. Terbukti ketika aplikasi tik tok diblokir, namun karena desakan para kapitalis Cina yang tak ingin merugi, penguasa negeri ini menjanjikan aplikasi ini akan dibuka kembali aksesnya dengan catatan pihak pengelola memperbaiki konten aplikasinya.

Lalu adakah jaminan dengan perbaikan konten aplikasi tersebut para remaja Indonesia tidak akan terjerumus pada perilaku sia-sia lewat aktifitas tak bermanfaat seperti sebelumnya? Apakah ada jaminan mereka terhindar dari pemikiran dan perilaku liberal ketika mereka terus dibiarkan bebas beraksi di Tik Tok atau pun aplikasi lainnya?

Maka disadari atau tidak, sebenarnya penerapan sistem sekuler kapitalis inilah yang membidani lahirnya generasi ‘Bowo’ yang alay dan abai ini. Jika sistem ini terus dipertahankan, tak menutup kemungkinan the next ‘Bowo’ akan terus tumbuh subur bahkan lebih hancur dari yang sudah ada.
===

Tanggung jawab siapa? (Solusinya?)

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya tata nilai agama dijadikan standar dalam memilih dan memilah hal-hal positif dan negatif dari globalisasi, termasuk media. Tak dipungkiri lingkungan keluarga, yaitu orang tua khususnya Ibu sebagai sekolah yang pertama dan utama bagi anak sangat bertangungjawab dalam mempengaruhi standarisasi anak-anaknya.

Apalagi di masa remaja, dimana mereka dalam fase mencari pengakuan diri, sangat penting bagi para orang tua memberikan apresiasi dan menanamkan tentang hakikat diri. Orangtualah yang memiliki andil sangat besar dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian Islam sejak awal, agar remaja memiliki cara berfikir dan bersikap yang dilandasi oleh akidah Islam.

Penanaman nilai keimanan oleh orang tua yang ditempuh melalui kesadaran merupakan bagian terpenting dan paling mendasar. Orang tua harus meyakinkan anaknya bahwa manusia adalah makhluk Allah Subhanahu wa ta'ala, tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah, dan setelah kehidupan akan ada balasan atas perbuatan manusia baik ataupun buruk. Selanjutnya mereka ditanamkan pula hal-hal yang diperintahkan agama untuk dilakukan (wajib), hal-hal yang dilarang (haram) ataupun yang berbentuk pilihan (mubah), yaitu yang bermanfaat dilakukan dan menghindari yang tidak bermanfaat.

Walhasil di saat mencapai usia baligh seperti remaja saat ini mereka telah memiliki prinsip dan sikap hidup yang kuat. Mereka tahu pasti apa yang seharusnya mereka lakukan dan akan mereka capai di masa yang akan datang.  Bahkan mereka tahu apa konsekwensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya baik di dunia maupun di akhirat. Inilah yang akan menjadi imunitas terkuat yang dimiliki remaja ketika dihadapkan pada nilai-nilai tertentu di era globalisasi ini. Secara otomatis akan terjadi filterisasi nilai baik ataupun buruk dengan standar agama. Dengan demikian remaja akan memiliki identitas diri yang  jelas dan tidak terjebak dalam perilaku alay seperti remaja pegiat Tik Tok saat ini.

Peran lingkungan juga tak kalah penting. Dalam pembentukan seorang remaja menjadi insan mulia yang memiliki identitas dan hakikat diri, tak cukup sekadar peran keluarga. Sangat diperlukan juga lingkungan yang mendukung. Sulit mendidik mereka taat agama saat lingkungan justru menampilkan sebaliknya. Maka lingkungan pendidikan (sekolah) dan lingkungan masyarakat sangat penting dan strategis.

Adapun sekolah, perannya adalah memberlakukan kurikulum pendidikan yang mampu menghasilkan anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa. Sehingga setiap materi yang diberikan di sekolah selayaknya mencakup peningkatan kemampuan anak didik dalam setiap aspek kecerdasan, yaitu aspek spiritual, sekaligus intelektual maupun emosional. Ketika guru di sekolah hanya menekankan aspek intelektual, sekedar mendorong siswa untuk mengejar nilai tinggi, akhirnya banyak siswa yang terabaikan spiritual dan emosionalnya lalu beralih mencari kesenangan di dunia maya maupun di dunia nyata.

Sementara peran masyarakat juga tak kalah pentingnya, sebab kondisi lingkungan di sekitar remaja akan turut memberikan warna bagi perkembangan kepribadiannya. Sekalipun kita  menyadari bahwa di mana pun saat ini hampir tak ada tempat yang steril dari teladan-teladan negatif. Buktinya banyak sekali tempat-tempat umum yang mempertontonkan berbagai aksi pelanggaran terhadap ajaran agama. Sudah selayaknya kita membangun masyarakat yang memiliki kontrol sosial, yang tidak cuek bebek bahkan mendukung kemaksiatan.

Peran yang sama sekali tak bisa diabaikan adalah peran penguasa. Karena bagaimana pun kerja keras orang tua, para guru di sekolah, dan juga masyarakat untuk menghindarkan remaja dari pengaruh buruk globalisasi, semuanya akan bagai pasir yang disapu ombak, tak bisa bertahan melawan gempuran sistem rusak dan merusak yang diterapkan penguasa.

Maka sistem kapitalis-sekuler yang terbukti memproduksi kerusakan remaja sebagaimana yang terjadi pada para fans Bowo, sudah selayaknya dicampakkan. Kemudian sudah sepatutnya kita beralih kepada sistem aturan yang berasal dari Sang Pencipta manusia dan alam semesta.

Inilah sistem Islam yang telah terbukti secara fakta historis mampu mencetak generasi tangguh yang hanya menghamba kepada Rabbnya sekaligus memberikan kontribusi terbaik bagi peradaban manusia sepanjang zaman. Karena hanya dalam sistem Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyyah-lah kemaslahatan akan terwujud.

Semoga dengan diterapkannya sistem Islam tak akan ada lagi generasi alay yang abai pada Rabbnya, digantikan dengan generasi tangguh, yang siap bersungguh-sungguh membangun peradaban cemerlang.
Wallahu a’lamu bi ashowab.
===

Artikel ini diambil dari materi diskusi online Grup WhatsApp Muslimah News ID dari Fanpage Muslimah News ID
*

Mari BERGABUNG di Telegram CHANNEL MUSLIMAH https://t.me/komunitasmuslimah

Mengikat Hati


Oleh: ust. Felix Siauw



Link Vidio Seruan Persatuan dari ulama terkenal Indonesia: UAS, UAH, Ustadz Bachtiar Nasir, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Fadlan, Ustadz Abdullah Hadrami.

Dalam dunia ini, ada banyak hal yang kita lalui tanpa kita ingat, tapi ada beberapa hal yang jadi benar-benar kita hargai, "moments we treasure", momentum yang selalu kita kenang sebab keindahan, kehangatan, dan apa yang dibangun selepas itu

dan momen ini adalah gabungan ke semuanya, persatuan untuk umat, pesan untuk berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan komitmen untuk saling mendukung tanpa tercerai-berai

Ini cinta pada Indonesia yang bukan hanya mengaku, ini cinta pada ummat bukan hanya klaim, ini cinta pada Allah dan Rasul-Nya melebihi segala, lebih dari dunia, apalagi hanya diri sendiri

Doakan agar semua di gambar ini istiqamah, dalam berpegang pada Islam, menjadi penunjuk bagi ummat, dan bersama ummat menegakkan apa yang Allah turunkan berupa Al-Qur'an dan As-Sunnah 🙂🙂🙂
===

Mari kita Viralkan vidio Seruan Persatuan dari ulama terkenal Indonesia: Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Bachtiar Nasir, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Fadlan, Ustadz Abdullah Hadrami.    Mari kita tonton dan sebarkan, semoga lebih bermanfaat & semoga persatuan umat islam segera terwujud sehingga islam rahmatan lil alaamin bisa terwujud.    

آمِـــــيْنْ يَا رَبَّ الْعَـــالَمِيْنْ

Video lengkap (12 menit), pesan persatuan ulama Indonesia, di sela-sela acara Multaqa Ulama dan Da'i Asia Tenggara, Afrika dan Eropa di Jakarta, Juli 2018