• Bijak dalam bersosial media

    Mari perdalam agama islam secara kaffah/menyeluruh, hati-hati dalam copas dan share sosmed, ikuti pendapat ulama yang ikhlas dan benar.

  • Islam adalah agama yang Sempurna

    Kebenaran Islam tidak terbantahkan oleh kebenaran apapun,buktikan. Pelajari secara mendalam kepada ustad/ustazah yang benar dan ikhlas

  • Sosial Media bagaikan pisau bermata dua

    Mari gunakan sebaik-baiknya, cerdas dan arif dalam penggunaannya serta tidak menyalahi aturan islam

Tuesday, October 23, 2018

Time Capsule



© _Ustadz Yudha Pedyanto_

Time capsule adalah sebuah tabung yang berisi pesan atau informasi penting untuk masa depan. Ia biasanya dipendam di dalam tanah, dan baru digali, dibuka dan dibaca pesannya setelah periode waktu tertentu; bisa 20, 100 bahkan 1,000 tahun kemudian.

Sebagai contoh ada time capsule yang dibuat pada tanggal 31 Desember 1900 di Detroit, yang berisi pesan untuk warga dan wali kota Detroit di masa depan. Time capsule terebut dibuka dan dibaca 100 tahun kemudian, tepat pada tanggal 31 Desember 2000. Ada juga time capsule yang berasal dari tahun 1993, yang baru saja dibuka oleh mahasiswa di Virginia beberapa hari lalu.

Setelah menyaksikan peristiwa pembakaran bendera tauhid (Ar-Royah) di Garut Jawa Barat kemarin, saya terdorong untuk membuat sejenis time capsule digital, yang saya tujukan kepada Amirul Mukminin, Khalifah dan pemimpin umat Islam di masa depan. Saya berharap pesan ini sampai kepada beliau dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Kepada Amirul Mukminin, Khalifah dan pemimpin kami.

Jika Anda membaca surat ini, maka khilafah 'ala minhajin nubuwwah telah berdiri. Anda adalah Khalifahnya, Amirul Mukminin kami. Ingin rasanya kami bertatap muka, membaiat serta menjabat tangan Anda secara langsung wahai Khalifah. Tapi umur adalah rahasia Allah SWT. Maka melalui surat ini kami menitipkan salam yang mungkin tak sempat terucap: Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Anda adalah Khalifah, Amirul Mukminin. Kehadiran Anda sudah lama kami nanti-nantikan. Meski kadang penantian kami tak sebanding dengan kesungguhan kami dalam berjuang menegakkan kembalinya Khilafah. Ingin rasanya kami mengenal wajah Anda, menatap dalam-dalam mata Anda, sembari menyampaikan pesan dan keluh kesah ini secara secara langsung di hadapan Anda.

Oh ya Khalifah, Anda pasti sudah dengar tentang Khabib Nurmagomedov sang petarung muslim UFC yang berhasil menghajar habis-habisan McGregor sang penista Islam? Saat itu kami semua merinding dan bersorak gembira wahai Khalifah. Tapi sebenarnya kami merindukan sosokmu wahai Khalifah, yang bisa menjaga kemuliaan Islam dan umatnya, yang berani berkata: siapa pun yang berani menista Islam dan umatnya, akan berhadapan dengan full weight of the Khilafah army.

Jika seorang Khabib saja bisa memantik ghirah kami, apalagi Anda wahai Khalifah, yang saat ini memimpin angkatan bersenjata paling kuat sedunia, dengan jumlah tentara paling banyak sedunia. Saya yakin sekarang pasti banyak perwiramu dan tentaramu yang segagah dan seberani Khabib Nurmagomedov. Sampaikan salam kami kepada mereka ya Khalifah. Ingin sekali rasanya kami berjuang side by side bersama mereka di medan jihad.

Wahai Khalifah, Amirul Mukminin. Dahulu kami hanya bisa mengibarkan bendera Rasulullah SAW Al-Liwa dan Ar-Royah melalui tangan-tangan mungil anak kami, atau kami pasang di rumah-rumah kecil kami. Tapi kami yakin, hari ini Al-Liwa dan Ar-Royah telah dikibarkan di setiap gedung dan instansi Negara Khilafah. Sedangkan Ar-Royah telah dipasang di ribuan tank-tank, pesawat tempur, serta kapal induk angkatan bersenjata Negara Khilafah. Membayangkannya saja kami sudah bangga dan bahagia, apalagi saudara-saudara kami yang hari ini bisa menyaksikan langsung tentu lebih bangga dan bahagia.

Oh ya Khalifah, Anda pasti sudah mendengar insiden pembakaran Ar-Royah oleh oknum ormas pemuda Islam, yang terjadi sehari sebelum surat ini ditulis. Yang menyedihkan sampai surat ini ditulis tak ada tanda-tanda penyesalan atau permohonan maaf dari pimpinan ormas kepemudaan tersebut, atau pimpinan ormas induknya. Justru mereka membenarkan tindakan tercela tersebut dengan alasan menjaga kalimat tauhid. Kalo memang niatnya menjaga harusnya cukup dilipat dan disimpan saja. Dan ingat, sebuah benda yang masih utuh berwujud bendera tidak bisa disamakan dengan robekan Al-Quran yang harus dibakar.

Anda tentu mendengar wahai Khalifah, tindakan mereka memancing kemarahan luar biasa dari umat Islam. Ada yang menantang duel, mengancam jihad, ada pula yang mengadakan aksi solidaritas kolosal. Saya yakin, hari ini pun ketika khilafah sudah tegak, semuanya masih mengingat peristiwa menyedihkan tersebut. Para pelaku pembakaran Ar-Royah, para pemimpin ormas pemudanya, para pemimpin ormas induknya, serta semua keturunan mereka hari ini dan esok pasti masih menanggung malu akibat kelakuan orang tua mereka. Karena sekalipun kami bisa memaafkan, tapi bagaimana mungkin kami bisa melupakan?

Entah berapa generasi keturunan harus menanggung malu akibat perbuatan pelaku dan pendukung pembakaran Ar-Royah tadi. Kalau tujuh turunan sepertinya masih kurang. Kasihan sebenarnya anak cucunya. Harus menanggung beban berat seperti: “Eh, kamu anak cucu pembakar Ar-Royah ya?” atau “Eh, orang tuamu dulu yang membela pembakar Ar-Royah ya?” atau “Eh, kakekmu dulu anggota ormas pendukung pembakar Ar-Royah ya?” Semua muslim sedunia pun mengecam. Apalagi pembakaran itu tidak dilakukan oleh orang kafir dan terjadi di Israel. Tapi oleh anggota ormas kepemudaan Islam dan terjadi di Indonesia, negeri dengan penduduk muslim terbesar, serta terjadi di Hari Santri Nasional pula.

Maka pesan kami wahai Khalifah, maafkanlah dan pulihkanlah reputasi anak cucu para pelaku dan pendukung pembakaran Ar-Royah tadi. Karena seseorang tidak layak menanggung kesalahan orang tua mereka, yang terlalu bodoh membakar bendera Ar-Royah, yang hari ini menjadi bendera yang dipajang di setiap armada dan persenjataan militer negara adikuasa nomor satu di dunia, Khilafah Islamiyah. Kalau saja orang tua mereka masih yakin akan kebenaran Hadits: Tsuma takunu khilafat[an] 'ala minhajin nubuwwah, tentu mereka tak sebodoh itu membakar bendera tauhid yang kelak menjadi bendera angkatan bersenjata nomor satu di dunia.

Tapi untuk para aktor pemecah belah dan pengadu domba dibelakangnya, yakni para kafir imperialis dan kaki tangannya, jika hari ini masih ada yang tersisa dan tak bertaubat juga, maka habisi mereka wahai Khalifah. Jika ada bisikan syaitan (yang kadang berbentuk tokoh humanis) berkata maafkanlah mereka. Maka katakanlah wahai Khalifah; biaralah menjadi urusan Allah SWT untuk memaafkan mereka. Urusanku hanyalah mempertemukan mereka dengan Allah SWT saja.

Terakhir pesan kami kepada Anda wahai Khalifah, Amirul Mukminin. Bersumpahlah untuk menjadi penjaga Islam yang terpercaya. Bersumpahlah untuk melindungi kemuliaan Islam dan umatnya. Bersumpahlah untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari para penjajah yang durjana. Serta bersumpahlah untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebagaimana yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW, serta Khulafaur Ar-Rasyidin sesudahnya. Sungguh kami sangat ingin berada di dalam barisanmu wahai Khalifah, tapi sekali lagi umur adalah rahasia Allah SWT. Bahkan guru-guru kami pun sudah banyak yang pergi mendahului kami.

Dari lubuh hati kami yang terdalam, akhirnya kami ucapkan: Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh ya Khalifah. Dari saudaramu dan rakyatmu di masa lalu. 

Demikianlah pesan time capsule saya untuk Khalifah di masa depan. Jika para pembaca yang budiman tidak keberatan, tolong bantu saya menanamkan digital time capsule ini di setiap timeline dan byte storage yang ada di internet, sehingga menjadi jejak digital yang bisa terbaca pada saatnya. Insya Allah.

Jogjakarta, 23 Oktober 2018