• Bijak dalam bersosial media

    Mari perdalam agama islam secara kaffah/menyeluruh, hati-hati dalam copas dan share sosmed, ikuti pendapat ulama yang ikhlas dan benar.

  • Islam adalah agama yang Sempurna

    Kebenaran Islam tidak terbantahkan oleh kebenaran apapun,buktikan. Pelajari secara mendalam kepada ustad/ustazah yang benar dan ikhlas

  • Sosial Media bagaikan pisau bermata dua

    Mari gunakan sebaik-baiknya, cerdas dan arif dalam penggunaannya serta tidak menyalahi aturan islam

Tuesday, January 30, 2018

KATA BIJAK USTADZ ABDUL SOMAD

18 KATA KATA BIJAK USTADZ ABDUL SOMAD

1. Syukurilah semua yang diberikan Alllah SWT. Jika kau masih hidup bersyukurlah masih melakukan amal saleh. Jika kau mati tetap bersyukurlah, setidaknya dosamu tidak semakin bertambah.

2. Ketika engkau susah di dunia ini. Sabarlah, karena ia hanya sementara. Ketika engkau diberi kesenangan di dunia ini jangan bangga dan sombong karena ia juga hanya sementara.

3. Kita tidak perlu satu organisasi, satu sekolah ataupun satu guru, kita beteman di satu titik, Mukhlisina Lahuddiin. Mudah-mudahan titik itulah yang mempertemukan kita

4. Jika mencari kawan tak bercacat, selamanya kita takkan berkawan. Jika mencari pasangan yang sempurna, selamanya kita takkan berpasangan.

5. Hari ini kita boleh kalah dalam segala hal, tapi tanamkan pada anak anak kita bahwa 10 atau 20 tahun lagi mereka akan memimpin negeri ini dengan cara yang Allah ridhai.

6. Kalau dengan memiliki motor dan mobil bertambah ketaatan kita kepada Allah, maka itu adalah rezeki. Tapi kalau dengan kendaraan itu menjauhkan diri dari Allah, dipakai untuk pergi ke tempat maksiat, maka itu adalah laknat dan azab. Hati hati.

7. Kebahagiaan seorang guru ialah ketika melihat muridnya sukses dunia dan akhirat.

8. Bahagia itu terletak pada syukur. Siapa yang bersyukur kepada Allah, maka dialah orang yang paling bahagia.

9. Apapun yang terjadi, Islam akan tetap ditolong Allah. Yang menjadi masalah adalah, apa yang telah dan akan kita lakukan untuk Islam, demi untuk menolong diri kita di dunia dan akhirat nanti? Jangan jawab dengan lidah, karena lidah terlalu mudah untuk berkata-kata. Tapi, jawablah dengan perbuatan.

10. Hidup ini seperti Bahtera di lautan. Di atas ada ombak kencang yang akan menghadang. Dari bawah ada batu karang yang besar. Tak ada yang bisa menguatkan hidup ini, kecuali Allah Ta'ala.

11. Jangan batasi ibadah hanya ketika di Masjid. Ada yang menganggap beramal itu hanya ketika duduk di Masjid, shalat, zikir dan membaca Al-Quran. Jangan lupa, bekerja dari jam 8 pagi sampai 4 sore, ditambah lagi apabila lembur itu juga adalah amal. Karena, bekerja mencari nafkah yang halal untuk keluarga di rumah adalah ibadah, bernilai pahala di hadapan Allah Ta'ala. Maka, kalau dipahami bahwa bekerja adalah amal ibadah, tidak akan ada pegawai yang main "game online" saat jam kantor, tidak akan ada pedagang yang memainkan timbangan, tidak akan ada karyawan yang curang dalam laporan tugasnya.

12. Kalau engkau sudah menikah maka pandanglah saudaramu yang belum menikah, maka akan timbul rasa syukur.

13. Wujud syukur yang sederhana ialah mengucap Syukur "Alhamdulillahirobbil 'alamin. Segala Puji hanya bagi Allah" . Namun sesungguhnya Hakikat dari Rasa Syukur itu adalah memastikan setiap tarikkan nafas kita senantiasa dalam "ketaatan" kepada Allah Ta'ala.

14. Berkawan karena harta, harta akan binasa. Berkawan karna kuasa, kuasa tak akan lama, paling 5 tahun kalau tak di tangkap KPK. Tapi, kalau berkawan karena Allah maka akan kekal abadi.

15. Dunia ini hanya setetes air. Kalau kau tak dapat jangan sedih, karena yang kau tak dapat hanya setetes. Dan kalau kau dapat, jangan bangga, karena yang kau dapat hanya setetes.

16. Ketika terasa diri ini hampa, tak ada apa-apa, bagai butiran debu di tengah samudera keagungan Allah. Saat itulah rahmat Allah turun meyentuh rasa yang dapat diwakili kata.

17. Air selalu mengalir, dia tidak bisa ditahan. Ketika dia ditahan, maka dia akan menjadi sebuah perlawanan yang besar. Air nampak lemah, ketika dia sedikit. tapi, ketika dia sudah berkumpul maka menjadi besar, dia menjadi kekuatan yang luar biasa. Belajarlah dari air.

18. Keberanian tidak mempercepat kematian, dan ketakutan tak dapat mengelakkan dari kematian. Kita pasti mati, tapi mati dalam keadaan apa? Pilihan ada di tangan kita.

Sebarkan...!!!

Keajaiban berbagi

Bersedekah itu ibarat membuang cacing didalam tubuh kita, cacing itu buat umpan dan akhirnya dapat ikan kakap bahkan paus namun kalau dibiarkan, cacing itu akan menggerogoti tubuh kita dan menjadi sakit.

Orang yang selalu meminta-minta (TANGAN DIBAWAH) hakikatnya sedang mengutuk dirinya menjadi orang miskin sedang orang yg berbagi (TANGAN DIATAS) hakikatnya sedang mendoakan dirinya sendiri menjadi orang kaya.


Berbagilah ilmu (TANGAN DIATAS) maka mentalmu menjadi mental orang kaya dan hanya masalah waktu saja Allah akan menunjukanmu SUMBER-SUMBER KEKAYAAN lewat firasat/ide/inspirasi/intuisi dan ilmu yg jauh berlimpah dari yang kamu bagi (berlipat-lipat) sehingga fikiranmu tercerahkan, tidak gelap gulita dan terus menerus dalam kebingungan. Karena ilmu itu adalah cahaya petunjuk.


Tiap-tiap sesuatu ada zakatnya dan zakat ilmu adalah dg berbagi....

Allah SWT. berfrman dalam Hadits Qudsi: Hai Anak Adam, bersedekahlah, karena pasti akan dicukupkan (diberikan nafkah / rezeki) atasmu. [HR. Bukhari & Muslim]


Rasulullah SAW. bersabda: …dan amal sedekah itu hanyalah akan menambah harta seseorang, maka bersedekahlah, niscaya Allah SWT. akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. [HR. Bukhari & Muslim]

Ali bin Abi Thalib RA. berpesan: “Pancinglah rezeki dengan sedekah”. Rasulullah SAW. bersabda: Sedekah dapat memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api. [HR. Abu Ya’la]

Rasulullah SAW. bersabda: Bersegeralah bersedekah, karena bala tidak akan mampu mendahului sedekah. [HR. Imam Baihaqi]

Rasulullah SAW. bersabda: … Obatilah penyakitmu dengan sedekah…. [HR. Imam Thabrani & Baihaqi]

Rasulullah S
AW. bersabda: Semua orang berteduh di bawah naungan sedekahnya sampai dia diadili diantara ummat manusia. [HR. Imam Ahmad & Ibnu Hibban]

Prinsipnya jika KEAJAIBAN (KEBERUNTUNGAN) itu tidak berpihak kepadamu... Maka ciptakanlah Keajaiban itu dengan berbagi (sedekah)......

Ayo mulai BERBAGI!



*Mari kita share materi tersebut supaya kita dan org lain dapat manfaatnya.*
Barakallahu lanaa.
Smg kt sukses mulia dunia akherat.
آمِـــــيْنْ يَا رَبَّ الْعَـــالَمِيْنْ
*Monggo, Bagi yg ingin gabung di group wa majelis islam kaffah*
https://chat.whatsapp.com/DSJoBmQjmoFB22eMXpXOcw
*Sebelum gabung, lihat Aturan group di:*

Monday, January 29, 2018

20 Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya


*Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya (Adab al-Muta’allim fii Durusihi).*

*Oleh: Samik bin Makki (Dosen UNESA dan Pembina Majelis Islam Kaffah)*

Selain adab pelajar terhadap dirinya sendiri dan terhadap gurunya, pelajar juga harus menghiasi dirinya dengan adab terhadap pelajarannya. Pelajar yang mengamalkan adab ini in syaa Allah akan lebih mendapatkan manfaat dan keberkahan terhadap pelajaran yang sedang dipelajarinya, serta lebih efektif dan efisien dalam mempelajarinya. Adapun adab-adab yang harus ia pegang dan laksanakan adalah sebagai berikut:
*1. Memulai pelajaran dengan pelajaran-pelajaran yang sifatnya fardlu ‘ain seperti:*

*a. Hendaknya pelajar memperbaiki bacaan Al Qur’annya* sebelum menghafalkannya, karena bacaan yang salah akan berdampak pada kesalahan arti, pemahaman dan hafalannya, sehingga bisa menyimpang. 

*b. Mempelajari ilmu tauhid* yaitu ilmu yang mempelajari tentang ke Esa-an Tuhan. Ilmu ini akan memperkokoh aqidah/keimanan pelajar sehingga ia mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT adalah pencipta sekaligus pengatur, yang telah menciptakan dan memberi aturan pada semua ciptaanNya. Keyakinan yang kuat dan benar akan membuat sesorang bangkit, lebih terikat terhadap syari’at/aturan islam sehingga orang tersebut akan lebih semangat, optimis, dan ikhlas dalam melaksanakan aturannya. Selain ikhlas, syarat diterimanya suatu ibadah adalah sesuai dengan tuntunan syari’at islam, sehingga pelajar juga wajib mempelajari ilmu fiqh.

*c. Mempelajari ilmu fiqh*, ilmu yang membahas masalah-masalah syari’at islam yang bersifat praktis, dan digali dari dalil-dalil syara’ yang rinci. Ilmu ini mampu mengantarkan kepada pemiliknya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah yang benar, dimulai dari cara-cara bersuci, shalat, puasa, zakat, muamalah, nikah, adab,  dan lain-lain.

*d. Ilmu tasawuf*, ilmu yg mengajarkan jalan menuju kesempurnaan batin, menjelaskan tentang keadaan–keadaan, maqam, tingkatan, dan membahas tentang rayuan dan tipu daya nafsu  dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Orang yang mempelajari ilmu tasawuf bisa menghindari penyakit hati (seperti riya’, sombong dan lain-lain), lebih ikhlas dan nikmat dalam beribadah.

*2. Setelah mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat fardlu ‘ain maka hendaklah dalam langkah selanjutnya ia mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir Al Qur’an* seperti hadits, ilmu hadits, fiqh, ushul fiqh, bahasa arab (nahwu dan sharaf), dan lain-lain. al Qur’an merupakan kitab suci yang kandunagn isinya bersifat universal, oleh karenanya dibutuhkan alat untuk menafsiri isi Al qur’an tersebut yaitu Hadits. Imam Syafi’i berkata : “Barang siapa yang mampu mempelajari kitab hadits, maka ia akan memiliki hujjah yang sangat kuat”. Ia harus bersungguh-sungguh dalam memahami tafsir Al Qur’an dan beberapa ilmu yang lain, karena Al Qur’an merupakan sumber dari segala ilmu sekaligus induk dan ilmu yang paling penting. Hendaknya pelajar mampu menjaga Al qur’an dengan istiqamah membacanya dan menghafalkannya. Sebelum menghafalkan sesuatu hendaknya pelajar mentashihkan terlebih dahulu kepada guru untuk didengar dan diperbaiki. Setelah menghafalkan materi pelajaran, hendaklah diulangi sesering mungkin dan dijadikan kebiasaan yang dilakukan setiap hari.


*3. Selain ilmu-ilmu di atas, pelajar yang bercita-cita menjadi ilmuwan/praktisi tertentu seharusnya memperkaya pengetahuannya dengan ilmu yang berkaitan dengan cita-citanya* seperti ilmu kimia, fisika, biologi, teknik, kedokteran, hukum, ekonomi, dan lain-lain. Hendaknya pelajar memiliki cita-cita tinggi, menjadi muslim yang profesional, sukses dan mulia serta berkepribadian islam, ibaratnya kaki boleh dibumi tapi cita-cita menggelantung diangkasa, sehingga tidak boleh merasa cukup hanya memiliki ilmu yang sedikit, padahal ia masih mempunyai kesempatan yang cukup untuk mencari ilmu sebanyak-banyakanya.

*4. Menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya* untuk selalu belajar sebelum datangnya perkara yang bisa mencegah untuk menimba ilmu. Tokoh para tabi’in, Sa’id bin Jubair r.a. berkata; “Seseorang selalu mendapat sebutan orang yang alim bila ia selalu belajar, menambah ilmu. Namun apabila ia telah meninggalkan belajar dan menyangka bahwa dirinya adalah orang yang tidak membutuhkan terhadap ilmu (merasa pintar), maka sebenarnya ia adalah orang yang paling bodoh”. Waktu yang paling baik untuk belajar adalah permulaan masa-masa jadi pemuda, waktu sahur berpuasa dan waktu di antara magrib dan isya'. Tetapi sebaiknya menggunakan seluruh waktu yang ada untuk belajar. Muhammad Ibnul Hasan semalam tanpa tidur, selalu bersebelahan dengan buku-bukunya, dan bila telah merasa bosan suatu ilmu, berpindah ilmu yang lain. Iapun menyediakan air penolak tidur di sampingnya, dan ujarnya: "Tidur itu dari panas api, yang harus dihapuskan dengan air dingin". Apabila Ibnu Abbas telah bosan mempelajari Ilmu Kalam, maka katanya: "Ambillah kitab para penyair?".

*5. Pada setiap materi pelajaran semestinya pelajar harus berpegang teguh pada guru yang ahli* dibidangnya, bisa memberikan pengajaran, pendidikan yang baik terhadap materi tersebut dan lebih mengutamakan praktek. Hindari pikiran bahwa dirinya penuh kesempurnaan, tidak membutuhkan petunjuk-petunjuk guru dalam mempelajari ilmu, karena hal itu merupakan hakekat dari kebodohan dan kesombongan.


*6. Bagi pelajar pemula, hendaknya menghindari pembahasan mengenai hal-hal yang masih  terdapat perbedaan pandangan* (khilafiah) di antara para ulama’  baik yang berhubungan masalah-masalah pemikiran, metode, atau masalah rumit lainnya. Hal ini karena dapat membingungkannya, jenuh, dan tidak tenang. Bahkan sejak awal ia harus berpegang pada hanya satu kitab saja dalam satu materi pelajaran tertentu, menghindarkan diri mempelajari berbagai macam buku karena hal itu bisa menyia-nyiakan waktunya dan tidak bisa fokus pada satu pelajaran bahkan ia harus memberikan seluruh kitab-kitab dan pelajaran yang ia ambil kepada gurunya untuk dilihat sampai dimana kemampuan pelajarnya sehingga guru bisa memberikan bimbingan dan arahan sampai pelajar yakin dan mampu dalam menguasai palajarannya. Namun apabila pelajar sudah mempunyai dasar, latar belakang kemampuan yang sudah memadai maka dia bisa menggunakan beberapa buku  untuk meningkatkan kemampuan yang ia miliki.

*7. Hendaklah mempelajari secara komprehensif masalah-masalah yang rumit setelah dapat mengkaji dan menguasai masalah-masalah yang sederhana.* Ketika pelajar telah mampu menjelaskan terhadap apa yang ia hafalkan walaupun masih dalam tahap ikhtishar dan bisa menguraikan kesulitan yang ada dan faidah-faidah yang sangat penting, maka ia diperbolehkan pindah untuk membahas kitab-kitab besar serta tiada henti, terus menerus menelaah tanpa mengenal rasa lelah.

*8. Hendaknya pelajar berangkat lebih awal dalam rangka untuk mencari ilmu, rutin mengikuti kajian/diskusi dengan gurunya dalam setiap pelajaran, tidak boleh absen kecuali karena alasan syarie. Jika memungkinkan, sebaiknya ia membaca/mempelajari materi yang akan diterimanya. sehingga ia akan lebih siap menerima materi, lebih faham, mendapat kebaikan, menghasilkan sesuatu yang ia cita-citakan, serta memdapatkan keutamaan dan kemuliaan. Selain persiapan materi, ia juga seharusnya mempersiapkan buku dan alat tulis sehingga ketika proses belajar mengajar bisa mencatat, memberi keterangan, memperbaiki dan membenerkan hal-hal yang perlu diperbaiki baik dari segi bahasa, konsep, contoh dan lain-lain.

*9. Ketika hadir dalam majelis ilmu, pelajar harus bersungguh-sungguh* dalam setiap pelajaran yang diterangkan oleh gurunya, dengan tekun, konsentrasi dan penuh perhatian, apabila hal itu bisa ia lakukan dan hatinya tidak merasa keberatan, dan selalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya sehingga setiap pelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya ia kuasai dengan baik. Apabila ia tidak mampu untuk menguasai secara keseluruhan, maka hendaknya ia memprioritaskan pelajaran yang lebih penting terlebih dahulu kemudian baru pelajaran yang lain.

*10. Selain bersungguh-sungguh, pelajar juga harus sopan santun, menjaga adab majelis* seperti mengucapkan salam kepada seluruh peserta yang telah hadir dengan suara yang bisa mereka dengar dengan jelas, apalagi terhadap gurunya dengan memberikan salam penghormatan yang lebih tinggi dan memuliakannya. Ia tidak diperkenankan melewati orang–orang yang ada di tempat tersebut untuk mendekat pada guru, kecuali apabila guru atau peserta yang lain memintannya untuk maju. Pelajar tidak boleh berdesak-desakan jika masih ada tempat kosong, tidak boleh duduk diantara dua orang yang bersahabat kecuali mereka merelakannya, dan tidak boleh duduk di atas orang yang lebih mulia di bandingkan dengan dia sendiri. Menjaga kesopanan duduk dihadapan guru dan juga harus memperhatikan kebiasaan, tradisi yang selama ini dipakai, diterapkan oleh guru dalam mengajar.

*11. Pelajar hendaknya tidak boleh malu menanyakan sebuah persoalan yang belum ia fahami* dengan baik dan benar dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan santun. Hendaknya ia juga tidak malu mengucapkan seperti ini:  “Aku belum faham”, apabila ia ditanya  oleh gurunya , apakah engkau faham? sedangkan ia sendiri belum faham. Ketika Abu Yusuf ditanyakan: "Dengan apakah tuan memperoleh ilmu? beliau menjawab: "Saya tidak merasa malu belajar dan tidak kikir mengajar". Ketika ditanyakan kepada Ibnu Abbas ra: "dengan apakah tuan mendapat ilmu?" beliau menjawab : "Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu berpikir". Mujahid ra. berkata : “Orang yang mempunyai sifat malu bertanya dan orang yang sombong  tidak akan bisa mempelajari ilmu”. Pelajar tidak boleh mennyakan sesuatu yang bukan pada tempatanya, kecuali karena ia membutuhkannya  atau ia mengerti dengan memberikan solusi kepada gurunya untuk bertanya. Apabila guru tidak menjawab, maka hendaknya ia jangan memaksannya, namun apabila belaiu menjawab dan kebetulan salah,  maka santri tidak boleh membantahnya seketika.

*12. Pelajar harus antri dengan tertib*, tidak mendahului peserta yang lain kecuaili apabila ia mengizinkannya, bila dalam belajar menggunakan sistem Sorogan (metode belajar dengan maju satu persatu dan langsung disimak dan  diperhatikan oleh ustadznya). Suatu ketika ada seorang lelaki dari sahabat anshar menjumpai rasulullah, sambil bertanya mengenai sesuatu, setelah itu datang lagi seorang laki-laki dari Bani Tsaqib kepada beliau, juga bertujuan yang sama, menanyakan sesuatu kepada beliau, kemudian nabi Muhammad SAW menjawab : “Wahai saudaraku dari Bani Tsaqif, duduklah! Aku akan memulai mengatakan sesuatu yang dibutuhkan oleh sahabat Anshar tadi, sebelum kedatanganmu”. Al Khatib berkata “Bagi orang-ornag yang datangnya lebih dulu disunnahkan untuk mendahulukan orang yang jauh dari pada dirinya sendiri, karena untuk menghormatinya. Begitu juga bagi orang yang datang belakangan apabila mempunyai kebutuhan, keperluan yang sifatnya wajib dan orang yang lebih awal mengerti akan keadaanya maka hendaknya ia didahulukan, diutamakan. Atau guru memberikan sebuah isyarat untuk mengutamakannya karena adanya kemaslahatan, kebaikan yang tersembunyi di dalamnya maka ia disunnahkan untuk diutamakan. Mendapat giliran lebih awal sebenarnya bisa diperoleh dengan cara datang lebih awal pada majelis. Hak yang dimiliki oleh seseorang tidak akan pernah gugur sebab perginya orang tersebut  karena sesuatu yang bersifat darurat, misalnya menunaikan hajat, memperbarui wudu’ dengan ketentuan apabila ia kembali pada tempat semula. Apabila ada dua orang yang saling mendahului atau saling rebutan tempat, maka hendaknya keduanya di undi, atau guru yang menentukan mana yang lebih dulu berhak menempatinya.

*13. Pelajar hendaknya membawa buku bacaan dan buku tulisnya serta membantu membawakan buku gurunya* dengan kedua tangannya, tidak boleh meletakkan buku gurunya dalam keadaan terbuka, tidak diperbolehkan membaca buku gurunya kecuali atas izin beliau. Apabila gurunya memberikan izin, maka ia  sebelum membaca kitab dan sebelum belajar hendaknya membaca, taawwudz, basmalah, hamdalah, sholawat kepada nabi saw, keluarganya, para sahabatnya, kemudian mendoakan kepada gurunya, orang tua para gurunya, dirinya sendiri, kaum muslimin semuanya serta memintakan rahmat kepada allah untuk pengarang kitab.Apabila selesai belajar, hendaknya ia juga mendoakan gurunya. Apabila pelajar tidak memulai dengan hal-hal tersebut, baik karena lupa /yang lain, maka hendaknya guru mengingatkan dan mengajarinya, karena hal itu termasuk etika, akhlak yang paling penting.
*Salah satu cara untuk memperkuat hafalan yaitu ketika mengambil buku berdo'a:*
بسم الله وسبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله، والله اكبر، لا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم العزيز العليم،
 عدد كل حرف كتب ويكتب أبد الآبدين ودهر الداهرين.
Bimillahi wasubhanallohi walhamdulillahi wala illaha illallohu wallohu akbar wala haula wala kuwwata illa billahil a'liyyil a'zhimil a'jijil a'limi a'dada kulli harfin kutiba wayuktabu abadal abidina wadahroddahirina.
Artinya: Dengan menyebut nama Allah, Maha suci Allah, segal puji milik Allah dan tiada tuhan selain Allah yang Maha Agung, tiada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah Yang Maha Mulya, Agung, Luhur, Lagi Mah Mengetahui, sebanyak huruf yang tertulis dan akan di tulis, berabad-abad dan sepanjang masa.
*Setiap selesai menulis berdo'a :*
آمنت بالله الواحد الأحد الحق، وحده لا شريك له، وكفرت بما سواه
Amantu billahil wahidi wahdahu lasyarika lahu wakapartu bima siwahu.
Artinya: Aku beriman kepada Allah Yang Tunggal, Maha Esa, berkesendirian tiada teman dalam ketuhannaNya, dan saya hindari dari bertuhan kepad selainNya.

*14. Menekuni pelajaran dengan optimal*, tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelaum pelajaran yang pertama bisa difahami dengan baik, tidak boleh pindah baik dari negara ke negara yang lain, atau dari satu madrsah kemadrasah yang lainkecuali sudah faham, darurat dan ada keperluan yang sangat mendesak,. Karena hal itu akan menimbulkan berbagai macam persoalan, membuat hati menjadi resah dan menyia-nyiakan waktu dengan percuma tampa ada hasilnya.

*15. Selalu mengingat-ingat (mudzakarah) setiap pelajaran* dari gurunya, berupa manfaat, qaidah, definisi, batasan, contoh dan lain sebagainya, karena mengingat–ingat mempunyai manfaat yang sangat besar. Khataib Al Baghdadi telah berkata: “Bahwa mudzakarah, mengingat pelajaran yang paling baik adalah dilakukan pada waktu malam hari. Sekelompok jama’ah rombongan dari ulama’ salaf  mereka memulai mudzakarah mulai setelah isya’, mereka tidak beranjak dari tempat mudzakarah tersebut selama belum berkumandang adzan subuh, apabila santri tidak menemukan teman yang bisa untuk diajak mudzakarah, maka hendaknya ia melakukannya sendiri, ia mengulangi setiap kata yang ia dengar dalam hatinya supaya menancap dan membekas dalam lubuk hatinya. Mengulangi kata dalam hati itu sama dengan mengulangi kata pada lisan. Gunakan akal untuk berfikir baik ketika mengulangi atau ketika dihadapan gurunya, biasakan diri untuk menggunakan kekuatan otak yang dimiliki.

*16. Hendaknya pelajar bertawakkal kepada Allah,* tidak menyibukkan dirinya dengan masalah rizki, permusuhan dan bertentangan dengan seseorang, menjauhkan diri dari pergaulan orang-orang yang ahli maksiat dan pengangguran. Karena dapat menimbulkan dampak yang negatif.

*17. Ketika sedang belajar hendaknya menghadap kiblat, banyak mengamalkan, melakukan tradisi-tradisi rasululah SAW,  mengikuti ajakan ahli kebaikan, menjauhkan diri dari doanya orang yang dianiaya (madzlum), dan memperbanyak shalat dengan segala kekhusukan.*

*18. Bersemangat dalam menggapai kesuksesan dengan diwujudkan pada kegiatan-kegiatan yang positif* dan bermanfaat serta berpaling dari kegiatan negatif dan sia-sia.Selain mampu memotivasi dirinya sendiri, pelajar juga sebaiknya memotivasi teman-temannya untuk senantiasa antusias dalam menggapai ilmu yang bermanfaat

*19. Hasil-hasil pendidikanya tidak hanya sebagai suatu nasehat dan peringatan yang berharga pada dirinya, tetapi pelajar juga harus mampu mengamalkan dan menyebarkan ilmunya* sehingga ilmu itu bisa membawa berkah, manfaat dan bersinar serta mendapat pahala yang luar biasa.Bagi orang-orang yang tidak mampu mengamalkan berarti ia tidak memiliki ilmu yang mumpuni, kalaupun toh memilki ilmu, maka ilmunya kurang bermanfaat.

*20. Ilmu yang dimilikinya tidak membuat dirinya menjadi sombong.* Pelajar wajib bersyukur kepada Allah SWT, selalu mangharapkan tambahan ilmu dari-Nya dengan cara mensyukuri secara terus menerus, berakhlakul karimah, serta menjaga diri dari hak-hak yang dimilki oleh teman, saudara, baik seagama atau seaktifitas. Berusaha melupakan dan menutupi kejelekan mereka, memaafkan segala kekeliruan dan mensyukuri terhadap terhadap orang-orang yang berbuat bagus. Imam Abu Hanifah berkata: "Kudapatkan ilmu dengan bersyukur dan memuji Allah. Tiap-tiap berhasil kufahami fiqh dan hikmah selalu saja kuucapkan Alhamdulillah. Dengan cara itu, jadi berkembanglah ilmuku."


*Referensi:*
Syaikh Az-Zarnuji, Ta'limul Muta'alim Thariqatta'allum
Kyai Hasyim Asy’ari, Adab al-Alim Wa al-Muta’allim.
Ibnu Jamâ’ah, Tadzkirah al-Sâmi’ wa al-Mutakkalim fî Adab al-‘Ilm wa al-Muta’allim

Sumber tulisan: http://majlisislamkaffah.blogspot.co.id/2018/01/adab-pelajar-terhadap-pelajarannya.html

ISLAM MODERAT Kekeliruan Interpretasi Epistemologi


*Oleh: Dr. Ahmad Sastra*
Ketua Divisi Riset dan Literasi Forum Doktor Islam Indonesia

Islam adalah manhaj kehidupan holistik bagi kebaikan manusia seluruhnya sebab ia berasal dari sang Pencipta manusia. Islam adalah manhaj kehidupan yang realistik, dengan berbagai susunan, sistematika, kondisi, nilai, akhlak, moralitas, ritual dan begitu juga atribut syiarnya. Ini semuanya menuntut risalah ini ditopang oleh kekuatan institusi yang dapat merealisasikannya secara kaffah. Islam juga harus disokong oleh manusia-manusia amanah dengan ketundukan jiwa secara totalitas.

https://m.facebook.com/ahmadsastra76/

Bernard Shaw memberikan penilaian atas kesempurnaan Islam dengan mengatakan bahwa ia berharap kepada Islam untuk menolong seluruh dunia, ia yakin tidak sampai 200 tahun lagi, seluruh dunia akan memeluk agama Islam.

Toynbee lebih mendalam lagi dalam menganalisis dalam perspektif peradaban dengan mengatakan bahwa Islam sejak lahir hingga sekarang tetap dalam status yang baik. Islam tidak suka dengan pertumpahan darah. Apa yang diperintahkan dan dikerjakan tidak pernah ada cacatnya. Peradaban dunia saat ini berasal dari jerih payah orang Islam. Peradaban dunia dibagi tiga: Barat [Eropa], Timur [Tiongkok] dan Islam.

Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri yang terbentang dari Cina, Indonesia, India, Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir hingga Maroko dan Andalusia. Islam juga mendominasi cita-cita dan akhlak mereka serta berhasil membentuk gaya hidup mereka. Islam telah membangkitkan harapan mereka serta meringankan permasalahan dan kecemasan mereka. Islam telah berhasil membangun kemuliaan dan kehormatan mereka. Mereka telah disatukan oleh Islam; Islam telah berhasil melunakkan hati mereka, meski mereka berbeda-beda pandangan dan latar belakang politik. (Will Durant, 1926. The History of Civilization, vol. xiii, hlm. 151).

Kesempurnaan Islam juga ditunjukkan melalui berbagai istilah yang disematkan dalam kata Islam yang berasal dari Al Qur’an. Berbagai kata yang disematkan Allah setelah kata Islam misalnya _kaffah, rahmatan lil’alamin_ dan _washatiyah._ Ketiganya memiliki *pengertian khas yang sahih karena berasal dari Allah langsung.* Sementara istilah-istilah yang disematkan setelah kata Islam banyak yang telah menyimpang dari Al Qur’an karena berasal dari epistemologi Barat yang sekuler.

Bahkan, *Barat yang tidak suka dengan Islam menginginkan keterpecahan kaum muslimin dengan strategi adu domba.* Barat menginginkan polarisasi muslim dengan memberikan label dan kaveling-kaveling Islam sehingga menimbulkan berbagai friksi intelektual hingga fisik sesama muslim.

Beberapa postulat berikut merupakan ‘Islam’ buatan Barat yang dibangun oleh epistemologi Barat dan tentu tidak ditemukan dalam ajaran Islam. *Diantara ‘Islam’ buatan Barat itu adalah:* _Islam Moderat, Islam Radikal, Islam Fundamentalis, Islam Nusantara, Islam Progresif, Islam Liberal, Islam Sekuler, Islam Demokratis, Islam Sosialis, Islam Teroris, Islam Tradisional dan Islam Modern._ Ragam Islam inilah hasil dari gerakan imperialisme epistemologi [ghozwul fikr] Barat ke dunia Islam.

"Islam adalah suatu pengertian, suatu paham, suatu begrip sendiri, yang mempunyai sifat-sifat sendiri pula. Islam tak usah ‘demokratis’ 100%, bukan pada otokrasi 100%, Islam itulah Islam". (M. Natsir, Kapita Selecta: 453). Ungkapan penggagas partai Masyumi ini adalah salah satu pemikiran dan keyakinannya saat menanggapi pujian Soekarno kepada Kemal Attaturk yang mengubah ideologi Islam di Turki menjadi negara demokrasi Barat.

Mengomentari pemikiran Natsir, Hamka pernah menulis, “M. Natsir berpendapat, Islam bukanlah semata-mata suatu agama, adalah suatu pandangan hidup yang meliputi soal-soal politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Baginya, Islam itu adalah sumber dari segala perjuangan atau revolusi itu sendiri, sumber dari penentangan setiap macam penjajahan: eksploitasi manusia atas manusia; pemberantasan kebodohan, kejahilan, pendewaan dan juga sumber pemberantasan kemelaratan dan kemiskinan. Nasionalisme hanyalah langkah menuju persatuan manusia di bawah lindungan dan keridhaan ilahi. Islam tidak memisahkan antara keagamaan dan kenegaraan. Sebab itu, Islam itu adalah primair”.

Karena itu *tidaklah sama antara makna Islam Washatiyah dengan Islam Moderat, bagai langit dan bumi.* Istilah *Washatiyah berasal dari epistemologi Al Qur’an,* sementara istilah *Moderat berasal dari epistemologi Barat.* Meskipun banyak cendekiawan muslim memaksakan diri untuk menyamakannya. *Menyamakan keduanya akan melahirkan epistemologi _oplosan_ yang menyesatkan umat.*

*Tanpa diberikan embel-embel moderat, Islam adalah agama yang penuh perdamaian, toleransi, adil dan menebarkan kebaikan kepada seluruh alam semesta.* Dengan menerapkan Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam istitusi negara, maka kebaikan Islam baru akan dapat dirasakan oleh seluruh manusia di dunia. *Islam tidak memerlukan label-label Barat yang menyesatkan, Islam ya Islam.*

Toleransi seagama [tasamuh] sejak awal dibangun oleh Rasulullah, Sahabat, Tabi'in, Atba' Tabi'in, Imam Mujtahid dan Kekhilafahan. Toleransi antaragama dalam Islam terbangun indah saat di Spanyol, lebih dari 800 tahun pemeluk Islam, Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dengan tenang dan damai. Di India, sepanjang kekuasaan Bani Ummayah, Abbasiyah dan Ustmaniyah, muslim dan hindu hidup rukun selama ratusan tahun. Di Mesir, umat Islam dan Kristen hidup rukun ratusan tahun sejak Khulafaur Rasyidin.

_Secara etimologi, makna *al Wasath* adalah sesuatu yang memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding, pertengahan_ [Mufradat al Fazh Al Qur’an, Raghib Al Isfahani jil. II entri w-s-th]. _Bisa bermakna sesuatu yang terjaga, berharga dan terpilih. Karena tengah adalah tempat yang tidak mudah dijangkau: tengah kota_ [At Tahrir wa At Tanwir jil. II hal. 17].

_Umat wasath yang dimaksud adalah umat terbaik dan terpilih karena mendapatkan petunjuk dari Allah. Jalan lurus dalam surat al Fatihah adalah jalan tengah diantara jalan orang yang dibenci [yahudi] dan jalan orang sesat [nasrani]_ [Tafsir Al Manar jil. II hal. 4]. _Karakter umat washatiyah ada empat: Umat yang adil, Umat pilihan [QS. Ali Imran: 110], Terbaik dan Pertengahan antara ifrath [berlebihan] dan tafrith [mengurangi]_ [Tafsir Al Rari, jil. II hal. 389-390]. *Makna washatiyah dalam perspektif tafsir ini tidak sama dengan makna moderat dalam pandangan Barat.*

Ada empat *kesalahan argumentasi* pengusung ide Islam Nusantara adalah bahwa Islam Nusantara merupakan wujud kearifan lokal, Islam Nusantara adalah perwujudan Islam yang bersifat empirik, bentuk alternatif untuk menampilkan Islam yang lebih “moderat” dan keniscayaan untuk membendung bahaya Islam Trans-Nasional. *Islam Moderat yang diinginkan oleh Barat adalah Islam yang menafikan penerapan Syariah Islam secara kaffah dan formalisasi Syariah oleh negara.*

*Karena itu penting memberikan pencerahan kepada umat tentang bahaya imperialisme epistemologi Barat ini dengan cara membentengi umat dari serangan Islam Moderat dengan menjelaskan kesesatan dan kerusakan ide Islam Moderat.* _Umat Islam harus diberikan penjelasan yang menjelaskan tentang hakikat Islam sebenarnya, sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits._ *Sebab, berbagai Islam buatan Barat ini berpotensi memecah belah persatuan umat dan ruang sensitif bagi upaya adu domba sesama muslim.*

[#AhmadSastra, Kota Hujan, 21/11/17: 14.20 WIB]

Saturday, January 27, 2018

HEBAT dan JAHAT nya KAPITALISME oleh para KAPITALIS..

Oleh: Dwi Condro Triyono, Ph.D. (Pakar ekonomi)

Sistem Ekonomi Kapitalisme telah mengajarkan bahwa pertumbuhan Ekonomi hanya akan terwujud, jika semua pelaku Ekonomi terfokus pada akumulasi Kapital (modal).

Mereka lalu menciptakan sebuah mesin “penyedot uang” yang dikenal dengan lembaga Perbankan.

Oleh lembaga ini, sisa-sisa uang di sektor rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan “disedot”.

Lalu siapakah yang akan memanfaatkan uang di Bank tersebut?

Tentu mereka yang mampu memenuhi ketentuan pinjaman (kredit) dari Bank, yaitu:

Fix return dan Agunan.

Konsekuensinya, hanya pengusaha besar dan sehat sajalah yang akan mampu memenuhi ketentuan ini.

Siapakah mereka itu?

Mereka itu tidak lain adalah kaum Kapitalis, yang sudah mempunyai perusahaan yang besar, untuk menjadi lebih besar lagi.

Nah, apakah adanya lembaga Perbankan ini sudah cukup?

Bagi kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.

Dengan cara apa?

Yaitu dengan Pasar Modal. Dengan pasar ini, para pengusaha cukup mencetak kertas-kertas Saham untuk dijual kepada masyarakat, dengan iming-iming akan diberi Deviden.

Siapakah yang memanfaatkan keberadaan Pasar Modal ini?

Dengan persyaratan untuk menjadi Emiten dan penilaian Investor yang sangat ketat, lagi-lagi hanya perusahaan besar dan sehat saja, yang akan dapat menjual sahamnya di pasar modal ini.

Siapa mereka itu?

Kaum Kapitalis juga, yang sudah mempunyai perusahaan besar, untuk menjadi lebih besar lagi.

Adanya tambahan Pasar Modal ini, apakah sudah cukup?

Bagi kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.

Dengan cara apa lagi?

Cara selanjutnya yaitu dengan “memakan perusahaan kecil”.

Bagaimana caranya?

Menurut Teori Karl Marx, dalam pasar Persaingan Bebas, ada Hukum Akumulasi Kapital (The Law Of Capital Accumulations), yaitu perusahaan besar akan “memakan” perusahaan kecil.

Contohnya, jika di suatu wilayah banyak terdapat toko kelontong yang kecil, maka cukup dibangun sebuah mal yang besar. Dengan itu toko-toko itu akan tutup dengan sendirinya.

Dengan apa perusahaan besar melakukan ekspansinya?

Tentu dengan didukung oleh dua lembaga sebelumnya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.

Agar perusahaan Kapitalis dapat lebih besar lagi, mereka harus mampu memenangkan Persaingan Pasar.

Persaingan Pasar hanya dapat dimenangkan oleh mereka yang dapat menjual produk-produknya dengan harga yang paling murah.

Bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan mengusai sumber-sumber bahan baku seperti: pertambangan, bahan mineral, kehutanan, minyak bumi, gas, batubara, air, dsb.

Lantas, dengan cara apa perusahaan besar dapat menguasai bahan baku tersebut?

Lagi-lagi, tentu saja dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.

Jika perusahaan Kapitalis ingin lebih besar lagi, maka cara berikutnya adalah dengan “mencaplok” perusahaan milik negara (BUMN).

Kita sudah memahami bahwa perusahaan negara umumnya menguasai sektor-sektor publik yang sangat strategis, seperti:

Sektor Telekomunikasi, Transportasi, Pelabuhan, Keuangan, Pendidikan, Kesehatan, Pertambangan, Kehutanan, Energi, dsb.

Bisnis di sektor yang strategis tentu merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, karena hampir tidak mungkin rugi.

Lantas bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan mendorong munculnya:

Undang-Undang Privatisasi BUMN.

Dengan adanya jaminan dari UU ini, perusahaan kapitalis dapat dengan leluasa “mencaplok” satu per satu BUMN tersebut.

Tentu tetap dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.

Jika dengan cara ini kaum Kapitalis sudah mulai bersinggungan dengan UU, maka sepak terjangnya tentu akan mulai banyak menemukan hambatan.

Bagaimana cara mengatasinya?

Caranya ternyata sangat mudah, yaitu dengan masuk ke sektor Kekuasaan itu sendiri.

Kaum Kapitalis harus menjadi Penguasa, sekaligus tetap sebagai Pengusaha.

Untuk menjadi Penguasa tentu membutuhkan modal yang besar, sebab biaya Kampanye itu tidak murah.

Bagi kaum Kapitalis hal itu tentu tidak menjadi masalah, sebab permodalannya tetap akan didukung oleh dua lembaga sebelumnya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.

Jika kaum Kapitalis sudah melewati cara-cara ini, maka Hegemoni (pengaruh) Ekonomi di tingkat nasional hampir sepenuhnya terwujud. Hampir tidak ada problem yang berarti untuk dapat mengalahkan kekuatan Hegemoni ini.

Namun, apakah masalah dari kaum Kapitalis sudah selesai sampai di sini?

Tentu saja belum. Ternyata Hegemoni Ekonomi di tingkat nasional saja belumlah cukup.

Mereka justru akan menghadapi problem baru.

Apa problemnya?

Problemnya adalah terjadinya ekses (kelebihan) produksi.

Bagi perusahaan besar, yang produksinya terus membesar, jika produknya hanya dipasarkan di dalam negeri saja, tentu semakin lama akan semakin kehabisan konsumen.

Lantas, ke mana mereka harus memasarkan kelebihan produksinya?

Dari sinilah akan muncul cara-cara berikutnya, yaitu dengan melakukan Hegemoni di tingkat dunia.

Caranya adalah dengan membuka pasar di negara-negara miskin dan berkembang, yang padat penduduknya.

Teknisnya adalah dengan menciptakan organisasi perdagangan dunia (WTO), yang mau tunduk pada ketentuan perjanjian perdagangan bebas dunia (GATT), sehingga semua negara anggotanya akan mau membuka pasarnya, tanpa halangan tarif bea masuk, maupun ketentuan kuota impornya (bebas proteksi).

Dengan adanya WTO dan GATT tersebut, kaum Kapitalis dunia akan dengan leluasa dapat memasarkan kelebihan produknya di negara-negara “jajahan”-nya.

Untuk mewujudkan ekspansinya ini, perusahaan kapitalis dunia tentu akan tetap didukung dengan permodalan dari dua lembaga andalannya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.

Jika Kapitalis dunia ingin lebih besar lagi, maka caranya tidak hanya cukup dengan mengekspor kelebihan produksinya.

Mereka harus membuka perusahaannya di negara-negara yang menjadi obyek ekspornya.

Yaitu dengan membuka Multi National Coorporations (MNC) atau perusahaan lintas negara, di negara-negara sasarannya.

Dengan membuka langsung perusahaan di negara tempat pemasarannya, mereka akan mampu menjual produknya dengan harga yang jauh lebih murah.

Strategi ini juga sekaligus dapat menangkal kemungkinan munculnya industri-industri lokal yang berpotensi menjadi pesaingnya.

Untuk mewujudkan ekspansinya ini, perusahaan Kapitalis dunia tentu akan tetap didukung dengan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.

Apakah dengan membuka MNC sudah cukup?

Jawabnya tentu saja belum.

Masih ada peluang untuk menjadi semakin besar lagi.

Caranya?

Yaitu dengan menguasai sumber-sumber bahan baku yang ada di negara tersebut.

Untuk melancarkan jalannya ini, Kapitalis dunia harus mampu mendikte lahirnya berbagai UU yang mampu menjamin agar perusahaan asing dapat menguasai sepenuhnya sumber bahan baku tersebut.

Contoh yang terjadi di Indonesia adalah lahirnya:

UU Penanaman Modal Asing (PMA), yang memberikan jaminan bagi perusahaan asing untuk menguasai lahan di Indonesia sampai 95 tahun lamanya (itu pun masih bisa diperpanjang lagi).

Contoh UU lain, yang akan menjamin kebebasan bagi perusahaan asing untuk mengeruk kekayaan SDA Indonesia adalah:

UU Minerba, UU Migas, UU Sumber Daya Air, dsb.

Menguasai SDA saja tentu belum cukup bagi kapitalis dunia. Mereka ingin lebih dari itu.

Dengan cara apa?

Yaitu dengan menjadikan harga bahan baku lokal menjadi semakin murah.

Teknisnya adalah dengan menjatuhkan nilai Kurs Mata Uang lokalnya.

Untuk mewujudkan keinginannya ini, prasyarat yang dibutuhkan adalah pemberlakuan Sistem Kurs Mengambang Bebas (Floating Rate) bagi mata uang lokal tersebut.

Jika nilai kurs mata uang lokal tidak boleh ditetapkan oleh Pemerintah, lantas lembaga apa yang akan berperan dalam penentuan nilai kurs tersebut?

Jawabannya adalah dengan Pasar Valuta Asing (valas).

Jika negara tersebut sudah membuka Pasar Valasnya, maka kapitalis dunia akan lebih leluasa untuk “mempermainkan” nilai kurs mata uang lokal, sesuai dengan kehendaknya.

Jika nilai kurs mata uang lokal sudah jatuh, maka harga bahan-bahan baku lokal dijamin akan menjadi murah, kalau dibeli dengan mata uang mereka.

Jika ingin lebih besar lagi, ternyata masih ada cara selanjutnya.

Cara selanjutnya adalah dengan menjadikan upah tenaga kerja lokal bisa menjadi semakin murah.

Bagaimana caranya?

Yaitu dengan melakukan proses Liberalisasi Pendidikan di negara tersebut.

Teknisnya adalah dengan melakukan intervesi terhadap UU Pendidikan Nasionalnya.

Jika penyelenggaraan pendidikan sudah diliberalisasi, berarti pemerintah sudah tidak bertanggung jawab untuk memberikan Subsidi bagi pendidikannya.

Hal ini tentu akan menyebabkan biaya pendidikan akan semakin mahal, khususnya untuk pendidikan di perguruan tinggi.

Akibatnya, banyak pemuda yang tidak mampu melanjutkan studinya di perguruan tinggi.

Keadaan ini akan dimanfaatkan dengan mendorong dibukanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak-banyaknya.

Dengan sekolah ini tentu diharapkan akan banyak melahirkan anak didik yang sangat terampil, penurut, sekaligus mau digaji rendah.

Hal ini tentu lebih menguntungkan, jika dibanding dengan mempekerjakan Sarjana.

Sarjana biasanya tidak terampil, terlalu banyak bicara, dan maunya digaji tinggi.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, cara-cara Hegemoni Kapitalis dunia di negara lain ternyata banyak mengunakan Intervesi UU.

Hal ini tentu tidak mudah dilakukan, kecuali harus dilengkapi dengan cara yang lain lagi.

Nah, cara inilah yang akan menjamin proses Intervensi UU akan dapat berjalan dengan mulus.

Bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan menempatkan Penguasa Boneka.

Penguasa yang terpilih di negara tersebut harus mau tunduk dan patuh terhadap keinginan dari kaum Kapitalis dunia.

Bagaimana strateginya?

Strateginya adalah dengan memberikan berbagai sarana bagi mereka yang mau menjadi Boneka.

Sarana tersebut, mulai dari bantuan dana kampanye, publikasi media, manipulasi lembaga survey, hingga intervesi pada sistem perhitungan suara pada Komisi Pemilihan Umumnya.

Nah, apakah ini sudah cukup?

Tentu saja belum cukup.

Mereka tetap saja akan menghadapi problem yang baru.

Apa problemnya?

Jika Hegemoni kaum Kapitalis terhadap negara-negara tertentu sudah sukses, maka akan memunculkan problem baru.

Problemnya adalah “mati”-nya negara jajahan tersebut.

Bagi sebuah negara yang telah sukses dihegemoni, maka rakyat di negara tersebut akan semakin miskin dan melarat.

Keadaan ini tentu akan menjadi ancaman bagi kaum Kapitalis itu sendiri.

Mengapa?

Jika penduduk suatu negeri itu jatuh miskin, maka hal itu akan menjadi problem pemasaran bagi produk-produk mereka.

Siapa yang harus membeli produk mereka jika rakyatnya miskin semua?

Di sinilah diperlukan cara berikutnya.

Agar rakyat negara miskin tetap memiliki daya beli, maka kaum kapitalis dunia perlu mengembangkan Non Government Organizations (NGO) atau LSM.

Tujuan pendirian NGO ini adalah untuk melakukan Pengembangan Masyarakat (community development), yaitu pemberian pendampingan pada masyarakat agar bisa mengembangkan industri-industri level rumahan (home industry), seperti kerajinan tradisionil, maupun industri kreatif lainnya.

Masyarakat harus tetap berproduksi (walaupun skala kecil), agar tetap memiliki penghasilan.

Agar operasi NGO ini tetap eksis di tengah masyarakat, maka diperlukan dukungan dana yang tidak sedikit.

Kaum Kapitalis dunia akan senantiasa men-support sepenuhnya kegiatan NGO ini.

Jika proses pendampingan masyarakat ini berhasil, maka kaum kapitalis dunia akan memiliki tiga keuntungan sekaligus, yaitu:

(1) Masyarakat akan tetap memiliki daya beli, (2) akan memutus peran pemerintah dan yang terpenting adalah, (3) negara jajahannya tidak akan menjadi negara industri besar untuk selamanya.

Sampai di titik ini Kapitalisme dunia tentu akan mencapai tingkat kejayaan yang nyaris “sempurna”.

Apakah kaum kapitalis sudah tidak memiliki hambatan lagi?

Jawabnya ternyata masih ada.

Apa itu?

Ancaman Krisis Ekonomi.

Sejarah panjang telah membuktikan bahwa Ekonomi Kapitalisme ternyata menjadi pelanggan yang setia terhadap terjadinya Krisis ini.

Namun demikian, bukan berarti mereka tidak memiliki solusi untuk mengatasinya.

Mereka masih memiliki jurus pamungkasnya.

Apa itu?

Ternyata sangat sederhana.

Kaum kapitalis cukup “memaksa” pemerintah untuk memberikan talangan (bail-out) atau Stimulus Ekonomi.

Dananya berasal dari mana?

Tentu akan diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sebagaimana kita pahami bahwa sumber pendapatan negara adalah berasal dari Pajak rakyat.

Dengan demikian, jika terjadi Krisis Ekonomi, siapa yang harus menanggung bebannya?

Jawabnya adalah:

Rakyat, melalui pembayaran pajak yang akan terus dinaikkan besarannya, maupun jenis-jenisnya.

Bagaimana hasil akhir dari semua ini?

Kaum Kapitalis akan tetap jaya, dan rakyat selamanya akan tetap menderita.

Di manapun negaranya, nasib rakyat akan tetap sama.

Itulah produk dari Hegemoni Kapitalisme Dunia.🌍

Pesan Dari Makkah

Oleh: Felix Siauw

Makkah sedari dahulu memang menjadi bumi inspirasi, banyak peristiwa hebat yang diinspirasi dari sini. Termasuk saat saya berkunjung kesini, pun mendapat banyak kebaikan

Salah satunya pertemuan dengan seorang Habib yang namanya tidak lagi boleh disebut di media sosial, fotonya pun tak bisa dipampang, sebab akan dihapus darinya

Tapi pesan-pesannya masih bisa disampaikan, beginilah saya rangkumkan kepada kawan-kawan sekalian agar bisa mendapat manfaat darinya, atau jadi penyemangat

Pertama, beliau mengirimkan salam, doa, dan kerinduan kepada semua Muslim di negeri, terkhusus pada mereka yang selama ini terlibat dalam aksi-aksi bela Islam

Beliau mengingatkan bahwasanya spirit 212 bukanlah hanya tentang menumbangkan penista agama, tapi ruh dan nyawa 212 ialah semangat penerapan syariat

Semangat 212 adalah semangat kerinduan Muslim untuk selalu menjadikan ayat-ayat Allah lebih tinggi dari apapun. Dan dari situ semua harus diukur, Islam diatas segalanya

Dibahasakan beliau, menumbangkan penista agama adalah hanya target jangka pendek, jangka menengahnya menolak siapapun yang anti terhadap Islam, jangka panjagnya tentu saja menerapkan aturan syariah, berdasar Kitabullah dan Sunnah

Kedua, ukhuwah adalah perkara paling indah yang Allah berikan pada ummat Islam di Indonesia. Kita boleh jadi kalah harta, kalah ilmu, kalah teknologi. Tapi kesemuanya bisa kita lampaui selama kita memiliki persatuan

Maka jaga ukhuwah diantara kaum Muslim, berlemah lembut pada mereka, bilapun mesti berbeda, berbedalah dengan adab, perlakukan saudara dengan akhlak mulia

Terkhusus buat para pemuda, beliau bercerita betapa Rasulullah menyayangi yang muda, senantiasa membesarkan hati mereka, selalu memberi perhatian lebih pada mereka

Itulah sebabnya Rasulullah memenuhi pendapat pemuda untuk menyongsong kafir Quraisy saat perang Uhud, walau sahabat senior memilih untuk bertahan di Madinah

Pemuda hari ini adalah pemimpin esok hari, beliau berpesan pada pemuda agar tetap istiqamah, dan gunakan apapun yang bisa dilakukan untuk berkontribusi dalam dakwah

Semoga Allah rahmati kita semua, memuliakan kita semua dalam dakwah, dan memberi balasan yang terbaik. Kita doakan semoga beliau selalu diberi kebaikan pula ☺️☺️☺️

Tuesday, January 23, 2018

Jadwal Ustad Abdul Somad januari 2018

Alhamdulillah...akhirnya kerinduan akan dengar ceramah dari tuan guru UAS terobati.

Adab Seorang Pelajar Terhadap Pengajarnya (Adab al-Muta’allim fii Nafsihi Ma’a Syaikhihi)

Oleh: Samik bin Makki (Dosen UNESA dan Pembina Majelis Islam Kaffah dan Majelis As Salam)


_Sebaiknya ilmu tidak diambil dari kitab secara langsung, tetapi harus lewat guru yang memantapkan kebenaran ilmu tersebut, agar aman dari kesalahan, miskonsepsi, kesesatan, dan penyalahgunaan. Oleh karena itu seorang pelajar harus mempunyai adab terhadap gurunya. Adapun adab-adab pelajar terhadap pengajarnya adalah sebagai berikut:_



*1. Berfikir yang mendalam kemudian meminta petunjuk kepada Allah dengan shalat istikharah dan berdoa dalam memilih pengajar/guru yang berkualitas.* Jika memungkinkan seorang pelajar, hendaklah memilih guru yang sesuai dalam bidangnya, lebih alim, mempunyai sifat kasih sayang, menjaga muru’ah (etika), menginspirasi pada kebaikan, menjaga diri dari perbuatan yang merendahkan mertabat seorang guru, dan tidak mendukung kemaksiatan (seperti pro LGBT dan lain-lain).



*2. Bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru yang memahami islam secara kaffah, memperjuangkan penerapan islam, dipercaya oleh guru-guru pada zamanya, sering diskusi serta lama dalam perkumpulan diskusinya,* bukan termasuk orang-orang yang mengambil ilmu berdasarkan makna yang tersurat dalam sebuah teks saja. Imam Syafi’i berkata: “Barang siapa yang mempelajari ilmu fiqh hanya memahami makna–makna yang tersurat saja, maka ia telah menyia-nyiakan beberapa hukum”.



*3. Mentaati perintah, nasehat, dan aturan-aturan gurunya (asalkan tidak melanggar aturan islam),* sebagaimana taatnya pasien terhadap dokter spesialisnya. Sehingga ia minta resep sesuai dengan anjurannya dan selalu berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh ridhanya terhadap apa yang ia lakukan.



*4. Menghormati gurunya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara melayaninya.* Hendaknya seorang pelajar tahu bahwa merendahkan diri di hadapan gurunya merupakan kemuliaan, kertundukannya kepada gurunya merupakan kebanggaan dan tawadlu’ dihadapannya merupakan keterangkatan derajatnya. Maka bagi pelajar jangan memanggil guru dengan menggunakan ta’ khitab (baca: kamu) dan kaf khitab (mu), ia juga jangan memanggil dengan namanya. Bahkan ia harus memanggil dengan: ” yaa sayyidi” , wahai tuanku atau “yaa ustadzi”, wahai guruku. Juga ketika seorang guru tidak berada di tempat, maka pelajar tidak diperkenankan memanggil dengan sebutan namanya kecuali apabila nama tersebut disertai dengan sebutan yang memberikan pengertian tentang keagungan seorang guru, seperti apa yang di ucapkan pelajar:”Al Syekh Al Ustadz berkata begini “atau “guru kami berkata” dan lain sebagainya. Salah satu contoh penghormatan murid terhadap gurunya adalah ketika Imam Syafi’i membuka buku pelajarannya secara perlahan-lahan tanpa terdengar suara lembaran kertas karena sangat menghormati gurunya (Imam Malik) dan agar tidak mengganggu konsentrasi gurunya dalam melangsungkan pengajarannya. Bahkan diantara ulama salaf, ada yang bersedekah terlebih dahulu sebelum berangkat ke majelis gurunya seraya berdoa, “Ya Allah, tutupilah aib guruku dan janganlah engkau halangi keberkahan ilmunya untukku.”



*5. Memandang guru dengan pandangan yang mulia dan meyakini bahwa gurunya mempunyai derajat yang tinggi.* Karena pandangan seperti itu paling dekat kepada kemanfaatan ilmunya. Abu Yusuf berkata: “Aku mendengar para ulama’ salaf berkata: “Barang siapa yang tidak mempunyai sebuah keyakinan tentang kemuliaan gurunya, maka ia tidak akan bahagia.



*6. Melaksanakan kewajibannya kepada gurunya, tidak pernahmelupakan jasa-jasanya, selalu mendoakannya baik ketika beliau masih  hidup atau setelah meniggal dunia.* Menghormati keluarganya dan orang-orang yang dicintainya. Pelajar harus selalu menampakkan budi pekerti yang bagus dan memberikan petunjuk kepada orang lain yang membutuhkannya/menyebarkan ilmu yang diberi gurunya, selalu tunduk dan patuh kepadanya dalam keadaan apapun dan dimanapun ia berada.



*7. Bersabar, berlapang dada, dan tidak berburuk sangka, tatkala hati seorang guru sedang gundah gulana, marah, murka  atau budi pekerti, prilaku beliau yang kurang baik.* Apabila seorang guru berbuat kasar kepadanya, maka yang perlu dilakukan pertamakali adalah dengan cara meminta maaf kepada guru dan menampakkan rasa penyesalan diri.



*8. Menunjukkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada gurunya yang telah mengajari, mengasuh, dan membinanya.*



*9. Meminta izin terlebih dahulu jika hendak mengunjungi gurunya, duduk di majelisnya, memasuki ruang pribadinya, baik ketika beliau sedang sendirian ataupun saat ia bersama orang lain.*



*10. Duduk dihadapan gurunya dengan budi pekerti yang baik, dengan rasa tawadlu’, rendah diri, tenang dan khusu’.* Jika duduk dilantai seperti duduk bersimpuh diatas kedua lututnya (seperti duduk pada tahiyat awal/akhir) atau duduk bersila. Sebisa mungkin mengambil posisi terdekat dengan guru. Termasuk sebagaian dari mengagungkan gurunya adalah pelajar tidak boleh duduk-duduk disampingnya, di atas tempat shalatnya, di atas tempat tidurnya. Seandainya sang guru memerintahkan hal itu kepada muridnya, maka jangan ia sampai melakukannya, kecuali apabila sang guru memaksanya dan tidak mungkin untukmenolaknya, maka dalam keadaan seperti ini baru diperbolehkan. Namun setelah itu ia harus berprilaku sebagaimana biasanya, yaitu dengan menjunjung tinggi akhlaqul karimah.



*11. Menghadap kearah gurunya dengan sempurna sambil melihat dan mendengarkan dengan penuh perhatian, selanjutnya ia harus berfikir secara komprehensif apa yang beliau sampaikan sehingga gurunya tidak perlu lagi untuk mengulagi perkataannya untuk yang kedua kalinya.* Pelajar tidak diperkenankan untuk melihat kearah kanan, arah kiri atau melihat kearah atas kecuali dalam keadaan darurat, apalagi gurunya sedang membahas, berdiskusi tentang berbagai macam persoalan.



*12. Tidak sok tahu, meskipun apa yang disampaikan guru itu sudah diketahui/dihafalkannya.* Pelajar tetap mendengarkannya dengan penuh antusias, seakan-akan dirinya belum pernah mendengarkan pembahasan tersebut.

*13. Tidak boleh mendahului gurunya dalam menjelaskan sebuah permasalahan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain, kecuali ia mendapai izin dari sang guru.*



*14. Berkomunikasi dan berperilaku yang santun dan lemah lembut di hadapan guru.* Pelajar tidak diperkenankan untuk menceritakan sesuatu yang lucu sehingga memecahkan konsentrasi belajar dan menimbulkan tertawa orang lain. Apabila ada sesuatu hal, peristiwa, kejadian yang lucu, sehingga membuat tertawa, maka hendaknya jikalau tertawa tidak terlalu keras, tidak mengeluarkan suara.  Tidak boleh menampakkan prilaku yang kurang baik dihadapan gurunya, ada unsur penghinaan kepada sang guru, atau berbicara dengan menggunakan kata-kata yang jelek.



*15. Menerima atau memberi sesuatu kepada guru dengan tangan kanan kemudian memegangnya dengan kedua belah tangan.* Tidak boleh memberikan sesuatu kepadanya dari arah samping atau belakang,



*16. Tidak boleh membuat kegaduhan,* mempermainkan ujung bajunya, membuka lengan bajunya sampai kedua sikutnya, mempermainkan beberapa anggota tubuhnya, kedua tangan, kedua kaki atau yang lainya, membuka mulutnya, menggerak-gerakkan giginya, memukul tanah atau yang lainya dengan menggunakan telapak tanganya atau jari-jari tanganya, mensela-selai kedua tangannya dan tidak boleh bermain-main mengunakan pena dan sebagainya.



*17. Pelajar ketika berada dihadapan gurunya* maka ia tidak boleh mengagumi sesuatu (seperti orang lain) ketika ia berada dihadapan gurunya, tidak boleh menyandarkan dirinya ketembok, ke bantal, tidak boleh berpegangan pada sesuatu yang berada diselakangnya atau sampingnya, tidak boleh membuang ludah secara langsung (sebaiknya dilakukan dengan menggunakan sapu tangan), mendehem selama hal itu bisa ditahan atau memungkinkan, namun apabila tidak mungkin untuk dilakukan maka seyogianya ia melakukannya dengan santun. Apabila pelajar sedang bersin, maka hendaknya berusaha untuk memelankan sauranya dan menutupi wajahnya dengan menggunakan sapu tangan umpamanya. Apabila  ia membuka mulut karena menahan rasa kantuk (angop) maka hendaknya ia menutup mulutnya dan berusaha untuk tidak membuka mulut (angop).



*18. Pelajar ketika sedang berada dalam sebuah pertemuan/majelis, dihadapan teman, saudara atau orang lain hendaknya berbudi pekerti yang baik,* karena menampakkan budi pekerti yang baik kepada mereka, berarti ia telah menghormati gurunya dan menghormati majelis tersebut. Tidak boleh berbicara ketika sedang berlangsung pembahasan sebuah ilmu dengan  hal-hal yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan ilmu tersebut, atau mengucapkan sesuatu yang bisa memutus pembahasan ilmu.



*19. Apabila pelajar yang lain berbuat hal-hal yang tidak kita inginkan (jelek) terhadap salah seorang pelajar lainnya juga, maka ia tidak boleh dimarahi, disentak-sentak, kecuali gurunya sendiri yang melakukan hal itu, kecuali kalau guru memberikan sebuah isyarat kepada pelajar yang lain utnuk melakukannya.*



*20. Pelajar senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan gurunya.* Apabila ada seseorang yang melakukan hal-hal yang negatif terhadap gurunya, maka kewajiban bagi pelajar menghalangi orang tersebut dan tidak menerima orang tersebut dan membantu gurunya dengan kekauatan yang dimiliki.



*21. Tidak boleh menggangunya seperti menguji guru terhadap kemampuan ilmu dan hafalannya.* Apabila ingin berpindah atau belajar kepada guru yang lain maka minta izinlah kepadanya, hal itu lebih mendorong untuk menghormatinya dan membuat dia lebih mencintaimu. Guru yang baik akan mendorong muridnya terus belajar dan berguru ke yang lain supaya muridnya bisa  lebih baik darinya.



*Semoga adab-adab ini dapat kita laksanakan. Mari kita sebarkan tulisan ini sehingga banyak orang yang dapat melaksankannya. Semoga amal ibadah kita diridhoi Allah. Aamiiin.*

 *Referensi*

Syaikh Az-Zarnuji, Ta'limul Muta'alim Thariqatta'allum

Kyai Hasyim Asy’ari, Adab al-Alim Wa al-Muta’allim.
🌐 *Mari kita share tulisan tersebut supaya kita dan org lain dapat manfaatnya.*
Barakallahu lanaa.
Smg kt sukses mulia dunia akherat.
آمِـــــيْنْ يَا رَبَّ الْعَـــالَمِيْنْ

*Monggo, Bagi yg ingin gabung di group wa majelis islam kaffah*
https://chat.whatsapp.com/DSJoBmQjmoFB22eMXpXOcw
*Sebelum gabung, baca Aturan group di:*

https://majlisislamkaffah.blogspot.co.id/2017/12/syarat-dan-aturan-group-majlis-islam.html?m=1

Islam Kaffah, Mulai Akar sampai Buah


Oleh: Samik bin Makki (Dosen UNESA dan Pembina Majelis Islam Kaffah)

🌴🍈

_Materi Kajian rutin online dan offline Majelis Islam Kaffah._

*Terinspirasi dari ayat al-Quran berikut:*


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ



_Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208)._

*Dan dengan mengharap ridho Allah, kami membuat Majelis Islam Kaffah baik secara online (via wa group) maupun offline dengan datang langsung setiap ahad di kutisari utara III/25C Surabaya.*

📚 Materi yang kami susun, kami buat seruntun mungkin dengan harapan mudah dipahami.

🌴 Untuk memudahkan pemahaman mengenai islam kaffah, islam kaffah kami gambarkan bagaikan pohon yang baik dan kuat serta menghasilkan buah, sebagaimana perumpamaan dalam QS Ibrahim [14]: 24-25.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء ﴿٢٤﴾ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ ﴿٢٥﴾

_Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (QS Ibrahim [14]: 24-25)._

🎯 *Secara garis besar, kajian di dalam majelis ini dimulai* dengan memberi semangat untuk menanam “pohon/islam”, lalu diberi pengetahuan “pupuk-pupuk/ilmu” apa sajakah yang wajib diberikan supaya pohon tumbuh subur.

🗣 Semangat dan pupuk saja tidak cukup untuk menghasilkan pohon yang subur dan berbuah, tentu harus tahu “cara menanamnya/adabnya” dengan baik.

Supaya pohon tambah kuat, maka “akar/aqidah” harus diperkuat dulu supaya tidak mudah goyang. Akar berfungsi sebagai alat penyerap sari makanan yang diperlukan pohon. Jangan sampai akar menyerap zat racun yang berbahaya bagi pohon.

Bersamaan dengan tumbuhnya akar, akan diikuti tumbuhnya “cabang/syariat”. Ada 3 cabang utama aturan islam yang mengatur hubungan manusia dg Allah (aqidah, ibadah sholat, puasa, dzikir, dll), mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri (akhlaq, pakaian, makan, minum dll), mengatur hubungan manusia dengan manusia lain (Sistem2 islami yg mengatur pergaulan, pendidikan, ekonomi, hukum, politik dll).

Di setiap cabang pohon terdapat “daun/dakwah” yang melakukan fotosintesis, merubah sesuatu menjadi lebih berguna bagi tanaman dan lingkungan.

Pohon yang subur dan sehat akan menghasilkan “buah/manfaat” pada setiap cabangnya.

Manfaat yang terbaik yang ingin kita raih adalah mendapatkan ridho Allah, sehingga kita sukses mulia dan berkah dunia akherat.

*Materi majelis islam kaffah dapat dilihat pada Link tiap materi pada link berikut:*

http://majlisislamkaffah.blogspot.co.id/p/materi-kajian.html

Materi 1. Keutamaan menuntut ilmu, majlis ilmu, dan orang yang berilmu

Materi 2  Kewajiban Menuntut Ilmu dan Ilmu-Ilmu yang Wajib Kita Ketahui

Materi 3  Adab pelajar dan pengajar dalam menggapai ilmu yang bermanfaat

Bersambung …

Monggo dishare,  semoga bermanfaat

*Admin: Majelis Islam Kaffah: Samik dan Sofi*

🌐 *Mari kita share tulisan tersebut supaya kita dan org lain dapat manfaatnya.*
Barakallahu lanaa.
Smg kt sukses mulia dunia akherat.
آمِـــــيْنْ يَا رَبَّ الْعَـــالَمِيْنْ

*Monggo, Bagi yg ingin gabung di group wa majelis islam kaffah*
https://chat.whatsapp.com/DSJoBmQjmoFB22eMXpXOcw
*Sebelum gabung, baca Aturan group di:*

https://majlisislamkaffah.blogspot.co.id/2017/12/syarat-dan-aturan-group-majlis-islam.html?m=1

Menta’ati Allah Lebih Penting daripada Melawan Opini Negatif

Oleh: ust. M Taufik NT

Salah satu hal yang membahayakan ketaqwaan seseorang adalah jika dia lebih perhatian terhadap bagaimana pandangan manusia terhadap dirinya daripada pandangan Allah atas dirinya: begitu ingin tampil perfect, sempurna, dihadapan manusia, namun jarang merenungi posisi dirinya dihadapan Allah swt.

Padahal bagaimanapun kita berupaya mencitrakan diri sebaik mungkin dihadapan manusia, tetap saja ada manusia yang senang, ada yang tidak peduli, termasuk ada yang benci, apalagi jika pencitraan diri tersebut dilakukan dengan kebohongan dan propaganda negatif, maka itu justru akan menjadikan urusannya tidak akan ditolong Allah swt.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah pernah menyatakan:

مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa yang mencari keridlaan Allah (sekalipun memperoleh) kebencian manusia, Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan kepada manusia dan barangsiapa yang mencari keridlaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan menjadikannya bergantung kepada manusia.” (HR. Tirmidzi & Al Hakim).

Rasulullah saw tidak peduli dengan berbagai propaganda busuk gara-gara aktivitas dakwah beliau. Beliau dicap sebagai tukang sihir, pemecah belah persatuan, bahkan orang gila, namun semua ucapan manusia tersebut tidak menyurutkan aktivitas beliau untuk mengajak manusia kepada Islam dan menjelaskan berbagai ajaran Islam.

Demi menjauhi ajakan perzinaan yang sulit dihindari, Nabiyullah Yusuf as bahkan tidak begitu peduli dengan opini negatif yang dihembuskan penguasa saat itu bahwa beliau telah bersalah dan layak dipenjara karena telah melakukan percobaan perzinaan, tuduhan yang sama sekali tidak benar. Beliau bahkan melihat penjara sebagai jalan paling selamat dari dosa perzinaan yang kapan saja siap menerkamnya, bukan hanya ancaman zina dari satu wanita, namun banyak wanita!.

وَقالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf : 33).

Dan ketika sungguh-sungguh ingin terlepas dari dosa, ingin menjalani ketaatan, maka Allah pasti memberikan jalan, jalan yang mungkin tidak nyaman dimata manusia, jalan yang mereka anggap hina.

فاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka Tuhannya memperkenankan do`a Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)

Lihatlah bagaimana Allah menjadikan penjara sebagai jalan untuk selamatnya Yusuf dari zina, bahkan menjadi jalan yang mengantarkan Yusuf pada kedudukan mulia.

Akankah ini tercapai andaisaja Yusuf melakukan perzinaan dengan Zulaikha dan mereka berdua menutupi perzinaan tersebut, lalu berdusta dan menebar citra dan pesona didepan publik?

***

Walaupun berbagai masalah kita hadapi dalam hidup ini, pada pokoknya kita hanya punya dua pilihan: melakukan ketaatan dalam sikap, prilaku dan perkataan kita, atau melakukan sebaliknya melakukan kemaksiyatan.

Ketika kita memilih jalan ketaatan, yakinlah bahwa akan ada selalu yang berada dipihak kita, sedikit maupun banyak.

Ketika kita memilih jalan kemaksiyatan, yakinlah pula bahwa akan ada selalu yang berada dipihak kita, sedikit maupun banyak. Namun yakinlah pula bahwa Allah tidak akan meridhainya, dan bagaimanapun kita bermanuver, memutar-mutar lidah, Dia tetap mengetahui apa yang kita simpan dalam hati kita, dan kelak kita akan menerima akibatnya.

Jika kita sekarang tidak sanggup bersabar dalam menjalankan ketaatan, menerima opini negatif yang mungkin diterima karena ketaatan kita, kir

a-kira sanggupkah kita nanti bersabar menghadapi siksa-Nya?. Allaahu A’lam. [MTaufikNT]

Kekeringan Spiritual

Oleh:  M Taufik NT

Saya sudah sibuk melakukan ketaatan, juga mengisi berbagai majlis ta’lim, mengapa saya merasa ‘kering’ spiritualitas saya?

***

Berulang pertanyaan senada dengan itu diajukan kepada kami, seolah-olah kami lebih baik dari mereka – moga Allah menjadikan sangkaan mereka benar, kalau tidak benar, moga Allah ubah diri kami hingga menjadi lebih baik dari yang mereka sangka. Kami memberanikan menulis ini dalam rangka menasihati diri kami sendiri, juga semoga memberi manfaat bagi yang lain.


Faktor utama yang menyebabkan mengapa ketaatan yang dilakukan terasa ‘hambar’, kering, dan tidak terasa nikmat adalah karena dosa yang dilakukan.

Mungkin benar bahwa dosa-dosa seperti zina, mabuk, makan yang haram, mencuri, korupsi, menipu, liwath (homoseks) tidak pernah dilakukan, namun kadang orang-orang shaleh sekalipun terjatuh pada dosa-dosa mulut, terlebih lagi dosa hati.

Diriwayatkan bahwa seorang ahli ibadah dari Bani Israil pernah bermunajat kepada Allah, setelah itu dia berkata :

يا رب كم أعصيك ولا تعاقبُني؟

“Ya Allah betapa banyak aku telah bermaksiat kepada-Mu namun Engkau tidak menimpakan balasan atas diriku”.?

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi yang diutus pada zaman itu :

قل لفلان كم عاقبتُك ولم تشعر؟ ألم أسلُبك حلاوةَ ذكري ولذةَ مناجاتي؟

“Katakan kepada si fulan: “betapa banyak balasan yang telah Aku timpakan kepadamu, sedangkan engkau tidak menyadarinya?. Bukankah Aku telah mengambil darimu manisnya dzikir kepada-Ku dan nikmatnya bermunajat kepada-Ku”. (Faidhul Qâdir, 2/141)[1]

Spiritualitas itu soal rasa, yakni rasa yang tersimpan dalam diri manusia terkait dengan Sang Pencipta, rasa yang muncul akibat kesadaran terhadap hubungannya dengan Allah (idrâk shillah billâh). Jika rasa ini mendominasi seorang muslim, maka ia akan senantiasa hidup dalam suasana iman, baik dia sedang sholat, berdzikir, berdakwah, menuntut ilmu, termasuk juga ketika dia bekerja, berjual beli, melakukan perjalanan, dll. Rasa seperti ini akan membuatnya tunduk kepada seluruh syariah Allah SWT dengan perasaan ridlo dan tenteram, baik syari’ah tersebut terlihat ‘menguntungkan’ dirinya atau terlihat ‘merugikannya’.

Hanya saja rasa seperti ini kadang dominan, kadang berkurang dan bahkan bisa hilang. Ini terjadi ketika ada rasa lain yang lebih mendominasi lubuk hati, yakni ketika kesadaran akan hubungan dengan Al Khaliq dikalahkan oleh ‘kesadaran’ akan hubungan dengan makhluq.

Sebagaimana kopi itu bisa manis atau pahit tergantung mana yang lebih dominan. Jika gula lebih dominan dari kopi, maka manislah yang terasa, sebaliknya jika kopi lebih dominan daripada gula, pahitlah rasanya, begitu pulalah keadaan ruhiyah (spiritualitas) seseorang, akan terasa kering jika ‘kesadaran’ akan hubungan dengan makhluq lebih dominan daripada kesadaran akan hubungannya dengan Al Khaliq, Allah ‘Azza wa Jalla.

Ketika kesadaran akan hubungan dengan Allah tidak dominan, atau bahkan hilang pada diri seseorang, maka banyaknya ibadah, aktivitas dakwah, dan berbagai aktivitas ketaatan lainnya bisa melahirkan perasaan ‘ujub (merasa besar dan berbangga diri), lalu meremehkan orang lain. Hilang kesadarannya bahwa ketaatan yang dia lakukan adalah semata-mata terjadi karena karunia Allah, lupa bahwa belum tentu yang dilakukannya diterima Allah, dan ini termasuk dosa hati.

Rasa lain yang juga bisa mendominasi, hingga bisa ‘mengeringkan’ spiritualitas seseorang adalah perasaan bahwa dia telah berjasa, baik terhadap dakwah, maupun terhadap orang lain, merasa bahwa tanpa dirinya maka Islam akan sulit berkembang, dengan ketaatan dan aktivitas dakwahnya dia merasa telah memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada orang lain, baik itu muridnya maupun guru (musyrif)nya.

Allah menegur perasaan seperti ini, dengan firman-Nya:

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar” (QS. Al Hujurât: 17)

Ayat ini terkait dengan Arab Badui yang masuk Islam, lalu membantu perjuangan Rasulullah. Tidak diragukan lagi bahwa keislaman dan bantuan mereka tentu sangat menggembirakan Rasulullah dan orang-orang yang beriman, sebagaimana kita juga tentu gembira jika ada orang yang tercerahkan, ini adalah fakta. Hanya saja Allah tetap menegur mereka, bukan karena keislaman dan bantuan mereka, namun karena perasaan mereka yang tidak tepat, seharusnya harus merasa bahwa merekalah yang telah mendapat karunia dan nikmat Allah dengan tertunjukinya mereka kedalam Islam, bukan sebaliknya.

Oleh sebab itu, ketika kita merasakan ‘kekeringan’ spiritual, padahal sudah banyak aktivitas ketaatan (fisik) yang kita lakukan, maka yang seharusnya dilakukan bukanlah dengan mengurangi ketaatan tersebut, namun yang dilakukan adalah lebih banyak merenungi diri, mencermati diri kita sendiri, sudahkah semua yang kita lakukan itu didominasi oleh kesadaran kita akan hubungan kita dengan Allah, ataukah ada unsur lain yang mendominasi aktivitas kita, seperti ingin dikenal, mengejar popularitas, melakukan sesuatu hanya karena terpaksa karena tidak enak dengan teman, atau merasa bahwa tanpa kita dakwah tidak akan berkembang.

Jika kita merenungi diri, insya Allah perasaan-perasaan tersebut akan sirna, tergantikan oleh rasa syukur kepada Allah, rasa penuh harap akan ampunan-Nya karena hati kita kadang lalai saat menghadap-Nya, sekaligus rasa takut kepada-Nya karena ketidaktahuan kita apakah Dia ridha atau tidak.

Inilah yang terungkap dari para ‘ulama yang shalih ketika mereka merenungi diri mereka. Imam al Hasan al Bashri (w. 110 H) misalnya, beliau ‘mencela’ dirinya sendiri ketika merenung, dengan mengatakan:

تتكلمين بكلام الصالحين القانتين العابدين، وتفعلين فعل الفاسقين المنافقين المرائين، والله ما هذه صفات المخلصين

“engkau berbicara dengan perkataan orang-orang shalih, ta’at dan ahli ibadah, sementara prilakumu adalah prilaku orang fasiq, munafiq, dan suka pamer, demi Allah, ini bukanlah sifat orang-orang yang ikhlas” (Ghoutsun Naf’i fi Qirô’âtis Sab’i, hal 655. Maktabah Syamilah).

Imam an Nawawi (w. 676 H), ketika mengetahui akan didatangi penguasa bada hari beliau mengkaji ilmu, maka beliau membatalkan kajiannya pada hari itu karena khawatir penguasa melihat beliau sedang dalam pertemuan kajian (karena akan sulit menata hati ketika majelisnya disaksikan oleh pembesar negara).

Al Anthoky mengatakan:

من طلب الإخلاص في أعماله الظاهرة وهو يلاحظ الخلق بقلبه فقد رام المحال

“barang siapa menginginkan keikhlasan dalam amal-amalnya yang nampak, sementara hatinya memandang kepada makhluq, maka sungguh dia menghendaki hal yang mustahil” (Ghoutsun Naf’i fi Qirô’âtis Sab’i, hal 656)

Memang berat melakukan ‘olah rasa’, namun tidak ada cara lain selain berupaya, senantiasa menengok hati kita sendiri, adakah di sana sifat-sifat tercela itu?, jika ada, berusahalah kita menghilangkannya, atau mintalah Allah ‘menggantinya’ dengan hati yang baru, jika tidak ada, periksalah ulang, jangan-jangan kita saja yang tidak merasa. Allâhu A’lam.