Tuesday, January 23, 2018

Menta’ati Allah Lebih Penting daripada Melawan Opini Negatif

Oleh: ust. M Taufik NT

Salah satu hal yang membahayakan ketaqwaan seseorang adalah jika dia lebih perhatian terhadap bagaimana pandangan manusia terhadap dirinya daripada pandangan Allah atas dirinya: begitu ingin tampil perfect, sempurna, dihadapan manusia, namun jarang merenungi posisi dirinya dihadapan Allah swt.

Padahal bagaimanapun kita berupaya mencitrakan diri sebaik mungkin dihadapan manusia, tetap saja ada manusia yang senang, ada yang tidak peduli, termasuk ada yang benci, apalagi jika pencitraan diri tersebut dilakukan dengan kebohongan dan propaganda negatif, maka itu justru akan menjadikan urusannya tidak akan ditolong Allah swt.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah pernah menyatakan:

مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa yang mencari keridlaan Allah (sekalipun memperoleh) kebencian manusia, Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan kepada manusia dan barangsiapa yang mencari keridlaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan menjadikannya bergantung kepada manusia.” (HR. Tirmidzi & Al Hakim).

Rasulullah saw tidak peduli dengan berbagai propaganda busuk gara-gara aktivitas dakwah beliau. Beliau dicap sebagai tukang sihir, pemecah belah persatuan, bahkan orang gila, namun semua ucapan manusia tersebut tidak menyurutkan aktivitas beliau untuk mengajak manusia kepada Islam dan menjelaskan berbagai ajaran Islam.

Demi menjauhi ajakan perzinaan yang sulit dihindari, Nabiyullah Yusuf as bahkan tidak begitu peduli dengan opini negatif yang dihembuskan penguasa saat itu bahwa beliau telah bersalah dan layak dipenjara karena telah melakukan percobaan perzinaan, tuduhan yang sama sekali tidak benar. Beliau bahkan melihat penjara sebagai jalan paling selamat dari dosa perzinaan yang kapan saja siap menerkamnya, bukan hanya ancaman zina dari satu wanita, namun banyak wanita!.

وَقالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf : 33).

Dan ketika sungguh-sungguh ingin terlepas dari dosa, ingin menjalani ketaatan, maka Allah pasti memberikan jalan, jalan yang mungkin tidak nyaman dimata manusia, jalan yang mereka anggap hina.

فاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka Tuhannya memperkenankan do`a Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)

Lihatlah bagaimana Allah menjadikan penjara sebagai jalan untuk selamatnya Yusuf dari zina, bahkan menjadi jalan yang mengantarkan Yusuf pada kedudukan mulia.

Akankah ini tercapai andaisaja Yusuf melakukan perzinaan dengan Zulaikha dan mereka berdua menutupi perzinaan tersebut, lalu berdusta dan menebar citra dan pesona didepan publik?

***

Walaupun berbagai masalah kita hadapi dalam hidup ini, pada pokoknya kita hanya punya dua pilihan: melakukan ketaatan dalam sikap, prilaku dan perkataan kita, atau melakukan sebaliknya melakukan kemaksiyatan.

Ketika kita memilih jalan ketaatan, yakinlah bahwa akan ada selalu yang berada dipihak kita, sedikit maupun banyak.

Ketika kita memilih jalan kemaksiyatan, yakinlah pula bahwa akan ada selalu yang berada dipihak kita, sedikit maupun banyak. Namun yakinlah pula bahwa Allah tidak akan meridhainya, dan bagaimanapun kita bermanuver, memutar-mutar lidah, Dia tetap mengetahui apa yang kita simpan dalam hati kita, dan kelak kita akan menerima akibatnya.

Jika kita sekarang tidak sanggup bersabar dalam menjalankan ketaatan, menerima opini negatif yang mungkin diterima karena ketaatan kita, kir

a-kira sanggupkah kita nanti bersabar menghadapi siksa-Nya?. Allaahu A’lam. [MTaufikNT]

0 comments:

Post a Comment