Monday, January 29, 2018

20 Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya


*Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya (Adab al-Muta’allim fii Durusihi).*

*Oleh: Samik bin Makki (Dosen UNESA dan Pembina Majelis Islam Kaffah)*

Selain adab pelajar terhadap dirinya sendiri dan terhadap gurunya, pelajar juga harus menghiasi dirinya dengan adab terhadap pelajarannya. Pelajar yang mengamalkan adab ini in syaa Allah akan lebih mendapatkan manfaat dan keberkahan terhadap pelajaran yang sedang dipelajarinya, serta lebih efektif dan efisien dalam mempelajarinya. Adapun adab-adab yang harus ia pegang dan laksanakan adalah sebagai berikut:
*1. Memulai pelajaran dengan pelajaran-pelajaran yang sifatnya fardlu ‘ain seperti:*

*a. Hendaknya pelajar memperbaiki bacaan Al Qur’annya* sebelum menghafalkannya, karena bacaan yang salah akan berdampak pada kesalahan arti, pemahaman dan hafalannya, sehingga bisa menyimpang. 

*b. Mempelajari ilmu tauhid* yaitu ilmu yang mempelajari tentang ke Esa-an Tuhan. Ilmu ini akan memperkokoh aqidah/keimanan pelajar sehingga ia mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT adalah pencipta sekaligus pengatur, yang telah menciptakan dan memberi aturan pada semua ciptaanNya. Keyakinan yang kuat dan benar akan membuat sesorang bangkit, lebih terikat terhadap syari’at/aturan islam sehingga orang tersebut akan lebih semangat, optimis, dan ikhlas dalam melaksanakan aturannya. Selain ikhlas, syarat diterimanya suatu ibadah adalah sesuai dengan tuntunan syari’at islam, sehingga pelajar juga wajib mempelajari ilmu fiqh.

*c. Mempelajari ilmu fiqh*, ilmu yang membahas masalah-masalah syari’at islam yang bersifat praktis, dan digali dari dalil-dalil syara’ yang rinci. Ilmu ini mampu mengantarkan kepada pemiliknya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah yang benar, dimulai dari cara-cara bersuci, shalat, puasa, zakat, muamalah, nikah, adab,  dan lain-lain.

*d. Ilmu tasawuf*, ilmu yg mengajarkan jalan menuju kesempurnaan batin, menjelaskan tentang keadaan–keadaan, maqam, tingkatan, dan membahas tentang rayuan dan tipu daya nafsu  dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Orang yang mempelajari ilmu tasawuf bisa menghindari penyakit hati (seperti riya’, sombong dan lain-lain), lebih ikhlas dan nikmat dalam beribadah.

*2. Setelah mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat fardlu ‘ain maka hendaklah dalam langkah selanjutnya ia mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir Al Qur’an* seperti hadits, ilmu hadits, fiqh, ushul fiqh, bahasa arab (nahwu dan sharaf), dan lain-lain. al Qur’an merupakan kitab suci yang kandunagn isinya bersifat universal, oleh karenanya dibutuhkan alat untuk menafsiri isi Al qur’an tersebut yaitu Hadits. Imam Syafi’i berkata : “Barang siapa yang mampu mempelajari kitab hadits, maka ia akan memiliki hujjah yang sangat kuat”. Ia harus bersungguh-sungguh dalam memahami tafsir Al Qur’an dan beberapa ilmu yang lain, karena Al Qur’an merupakan sumber dari segala ilmu sekaligus induk dan ilmu yang paling penting. Hendaknya pelajar mampu menjaga Al qur’an dengan istiqamah membacanya dan menghafalkannya. Sebelum menghafalkan sesuatu hendaknya pelajar mentashihkan terlebih dahulu kepada guru untuk didengar dan diperbaiki. Setelah menghafalkan materi pelajaran, hendaklah diulangi sesering mungkin dan dijadikan kebiasaan yang dilakukan setiap hari.


*3. Selain ilmu-ilmu di atas, pelajar yang bercita-cita menjadi ilmuwan/praktisi tertentu seharusnya memperkaya pengetahuannya dengan ilmu yang berkaitan dengan cita-citanya* seperti ilmu kimia, fisika, biologi, teknik, kedokteran, hukum, ekonomi, dan lain-lain. Hendaknya pelajar memiliki cita-cita tinggi, menjadi muslim yang profesional, sukses dan mulia serta berkepribadian islam, ibaratnya kaki boleh dibumi tapi cita-cita menggelantung diangkasa, sehingga tidak boleh merasa cukup hanya memiliki ilmu yang sedikit, padahal ia masih mempunyai kesempatan yang cukup untuk mencari ilmu sebanyak-banyakanya.

*4. Menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya* untuk selalu belajar sebelum datangnya perkara yang bisa mencegah untuk menimba ilmu. Tokoh para tabi’in, Sa’id bin Jubair r.a. berkata; “Seseorang selalu mendapat sebutan orang yang alim bila ia selalu belajar, menambah ilmu. Namun apabila ia telah meninggalkan belajar dan menyangka bahwa dirinya adalah orang yang tidak membutuhkan terhadap ilmu (merasa pintar), maka sebenarnya ia adalah orang yang paling bodoh”. Waktu yang paling baik untuk belajar adalah permulaan masa-masa jadi pemuda, waktu sahur berpuasa dan waktu di antara magrib dan isya'. Tetapi sebaiknya menggunakan seluruh waktu yang ada untuk belajar. Muhammad Ibnul Hasan semalam tanpa tidur, selalu bersebelahan dengan buku-bukunya, dan bila telah merasa bosan suatu ilmu, berpindah ilmu yang lain. Iapun menyediakan air penolak tidur di sampingnya, dan ujarnya: "Tidur itu dari panas api, yang harus dihapuskan dengan air dingin". Apabila Ibnu Abbas telah bosan mempelajari Ilmu Kalam, maka katanya: "Ambillah kitab para penyair?".

*5. Pada setiap materi pelajaran semestinya pelajar harus berpegang teguh pada guru yang ahli* dibidangnya, bisa memberikan pengajaran, pendidikan yang baik terhadap materi tersebut dan lebih mengutamakan praktek. Hindari pikiran bahwa dirinya penuh kesempurnaan, tidak membutuhkan petunjuk-petunjuk guru dalam mempelajari ilmu, karena hal itu merupakan hakekat dari kebodohan dan kesombongan.


*6. Bagi pelajar pemula, hendaknya menghindari pembahasan mengenai hal-hal yang masih  terdapat perbedaan pandangan* (khilafiah) di antara para ulama’  baik yang berhubungan masalah-masalah pemikiran, metode, atau masalah rumit lainnya. Hal ini karena dapat membingungkannya, jenuh, dan tidak tenang. Bahkan sejak awal ia harus berpegang pada hanya satu kitab saja dalam satu materi pelajaran tertentu, menghindarkan diri mempelajari berbagai macam buku karena hal itu bisa menyia-nyiakan waktunya dan tidak bisa fokus pada satu pelajaran bahkan ia harus memberikan seluruh kitab-kitab dan pelajaran yang ia ambil kepada gurunya untuk dilihat sampai dimana kemampuan pelajarnya sehingga guru bisa memberikan bimbingan dan arahan sampai pelajar yakin dan mampu dalam menguasai palajarannya. Namun apabila pelajar sudah mempunyai dasar, latar belakang kemampuan yang sudah memadai maka dia bisa menggunakan beberapa buku  untuk meningkatkan kemampuan yang ia miliki.

*7. Hendaklah mempelajari secara komprehensif masalah-masalah yang rumit setelah dapat mengkaji dan menguasai masalah-masalah yang sederhana.* Ketika pelajar telah mampu menjelaskan terhadap apa yang ia hafalkan walaupun masih dalam tahap ikhtishar dan bisa menguraikan kesulitan yang ada dan faidah-faidah yang sangat penting, maka ia diperbolehkan pindah untuk membahas kitab-kitab besar serta tiada henti, terus menerus menelaah tanpa mengenal rasa lelah.

*8. Hendaknya pelajar berangkat lebih awal dalam rangka untuk mencari ilmu, rutin mengikuti kajian/diskusi dengan gurunya dalam setiap pelajaran, tidak boleh absen kecuali karena alasan syarie. Jika memungkinkan, sebaiknya ia membaca/mempelajari materi yang akan diterimanya. sehingga ia akan lebih siap menerima materi, lebih faham, mendapat kebaikan, menghasilkan sesuatu yang ia cita-citakan, serta memdapatkan keutamaan dan kemuliaan. Selain persiapan materi, ia juga seharusnya mempersiapkan buku dan alat tulis sehingga ketika proses belajar mengajar bisa mencatat, memberi keterangan, memperbaiki dan membenerkan hal-hal yang perlu diperbaiki baik dari segi bahasa, konsep, contoh dan lain-lain.

*9. Ketika hadir dalam majelis ilmu, pelajar harus bersungguh-sungguh* dalam setiap pelajaran yang diterangkan oleh gurunya, dengan tekun, konsentrasi dan penuh perhatian, apabila hal itu bisa ia lakukan dan hatinya tidak merasa keberatan, dan selalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya sehingga setiap pelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya ia kuasai dengan baik. Apabila ia tidak mampu untuk menguasai secara keseluruhan, maka hendaknya ia memprioritaskan pelajaran yang lebih penting terlebih dahulu kemudian baru pelajaran yang lain.

*10. Selain bersungguh-sungguh, pelajar juga harus sopan santun, menjaga adab majelis* seperti mengucapkan salam kepada seluruh peserta yang telah hadir dengan suara yang bisa mereka dengar dengan jelas, apalagi terhadap gurunya dengan memberikan salam penghormatan yang lebih tinggi dan memuliakannya. Ia tidak diperkenankan melewati orang–orang yang ada di tempat tersebut untuk mendekat pada guru, kecuali apabila guru atau peserta yang lain memintannya untuk maju. Pelajar tidak boleh berdesak-desakan jika masih ada tempat kosong, tidak boleh duduk diantara dua orang yang bersahabat kecuali mereka merelakannya, dan tidak boleh duduk di atas orang yang lebih mulia di bandingkan dengan dia sendiri. Menjaga kesopanan duduk dihadapan guru dan juga harus memperhatikan kebiasaan, tradisi yang selama ini dipakai, diterapkan oleh guru dalam mengajar.

*11. Pelajar hendaknya tidak boleh malu menanyakan sebuah persoalan yang belum ia fahami* dengan baik dan benar dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan santun. Hendaknya ia juga tidak malu mengucapkan seperti ini:  “Aku belum faham”, apabila ia ditanya  oleh gurunya , apakah engkau faham? sedangkan ia sendiri belum faham. Ketika Abu Yusuf ditanyakan: "Dengan apakah tuan memperoleh ilmu? beliau menjawab: "Saya tidak merasa malu belajar dan tidak kikir mengajar". Ketika ditanyakan kepada Ibnu Abbas ra: "dengan apakah tuan mendapat ilmu?" beliau menjawab : "Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu berpikir". Mujahid ra. berkata : “Orang yang mempunyai sifat malu bertanya dan orang yang sombong  tidak akan bisa mempelajari ilmu”. Pelajar tidak boleh mennyakan sesuatu yang bukan pada tempatanya, kecuali karena ia membutuhkannya  atau ia mengerti dengan memberikan solusi kepada gurunya untuk bertanya. Apabila guru tidak menjawab, maka hendaknya ia jangan memaksannya, namun apabila belaiu menjawab dan kebetulan salah,  maka santri tidak boleh membantahnya seketika.

*12. Pelajar harus antri dengan tertib*, tidak mendahului peserta yang lain kecuaili apabila ia mengizinkannya, bila dalam belajar menggunakan sistem Sorogan (metode belajar dengan maju satu persatu dan langsung disimak dan  diperhatikan oleh ustadznya). Suatu ketika ada seorang lelaki dari sahabat anshar menjumpai rasulullah, sambil bertanya mengenai sesuatu, setelah itu datang lagi seorang laki-laki dari Bani Tsaqib kepada beliau, juga bertujuan yang sama, menanyakan sesuatu kepada beliau, kemudian nabi Muhammad SAW menjawab : “Wahai saudaraku dari Bani Tsaqif, duduklah! Aku akan memulai mengatakan sesuatu yang dibutuhkan oleh sahabat Anshar tadi, sebelum kedatanganmu”. Al Khatib berkata “Bagi orang-ornag yang datangnya lebih dulu disunnahkan untuk mendahulukan orang yang jauh dari pada dirinya sendiri, karena untuk menghormatinya. Begitu juga bagi orang yang datang belakangan apabila mempunyai kebutuhan, keperluan yang sifatnya wajib dan orang yang lebih awal mengerti akan keadaanya maka hendaknya ia didahulukan, diutamakan. Atau guru memberikan sebuah isyarat untuk mengutamakannya karena adanya kemaslahatan, kebaikan yang tersembunyi di dalamnya maka ia disunnahkan untuk diutamakan. Mendapat giliran lebih awal sebenarnya bisa diperoleh dengan cara datang lebih awal pada majelis. Hak yang dimiliki oleh seseorang tidak akan pernah gugur sebab perginya orang tersebut  karena sesuatu yang bersifat darurat, misalnya menunaikan hajat, memperbarui wudu’ dengan ketentuan apabila ia kembali pada tempat semula. Apabila ada dua orang yang saling mendahului atau saling rebutan tempat, maka hendaknya keduanya di undi, atau guru yang menentukan mana yang lebih dulu berhak menempatinya.

*13. Pelajar hendaknya membawa buku bacaan dan buku tulisnya serta membantu membawakan buku gurunya* dengan kedua tangannya, tidak boleh meletakkan buku gurunya dalam keadaan terbuka, tidak diperbolehkan membaca buku gurunya kecuali atas izin beliau. Apabila gurunya memberikan izin, maka ia  sebelum membaca kitab dan sebelum belajar hendaknya membaca, taawwudz, basmalah, hamdalah, sholawat kepada nabi saw, keluarganya, para sahabatnya, kemudian mendoakan kepada gurunya, orang tua para gurunya, dirinya sendiri, kaum muslimin semuanya serta memintakan rahmat kepada allah untuk pengarang kitab.Apabila selesai belajar, hendaknya ia juga mendoakan gurunya. Apabila pelajar tidak memulai dengan hal-hal tersebut, baik karena lupa /yang lain, maka hendaknya guru mengingatkan dan mengajarinya, karena hal itu termasuk etika, akhlak yang paling penting.
*Salah satu cara untuk memperkuat hafalan yaitu ketika mengambil buku berdo'a:*
بسم الله وسبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله، والله اكبر، لا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم العزيز العليم،
 عدد كل حرف كتب ويكتب أبد الآبدين ودهر الداهرين.
Bimillahi wasubhanallohi walhamdulillahi wala illaha illallohu wallohu akbar wala haula wala kuwwata illa billahil a'liyyil a'zhimil a'jijil a'limi a'dada kulli harfin kutiba wayuktabu abadal abidina wadahroddahirina.
Artinya: Dengan menyebut nama Allah, Maha suci Allah, segal puji milik Allah dan tiada tuhan selain Allah yang Maha Agung, tiada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah Yang Maha Mulya, Agung, Luhur, Lagi Mah Mengetahui, sebanyak huruf yang tertulis dan akan di tulis, berabad-abad dan sepanjang masa.
*Setiap selesai menulis berdo'a :*
آمنت بالله الواحد الأحد الحق، وحده لا شريك له، وكفرت بما سواه
Amantu billahil wahidi wahdahu lasyarika lahu wakapartu bima siwahu.
Artinya: Aku beriman kepada Allah Yang Tunggal, Maha Esa, berkesendirian tiada teman dalam ketuhannaNya, dan saya hindari dari bertuhan kepad selainNya.

*14. Menekuni pelajaran dengan optimal*, tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelaum pelajaran yang pertama bisa difahami dengan baik, tidak boleh pindah baik dari negara ke negara yang lain, atau dari satu madrsah kemadrasah yang lainkecuali sudah faham, darurat dan ada keperluan yang sangat mendesak,. Karena hal itu akan menimbulkan berbagai macam persoalan, membuat hati menjadi resah dan menyia-nyiakan waktu dengan percuma tampa ada hasilnya.

*15. Selalu mengingat-ingat (mudzakarah) setiap pelajaran* dari gurunya, berupa manfaat, qaidah, definisi, batasan, contoh dan lain sebagainya, karena mengingat–ingat mempunyai manfaat yang sangat besar. Khataib Al Baghdadi telah berkata: “Bahwa mudzakarah, mengingat pelajaran yang paling baik adalah dilakukan pada waktu malam hari. Sekelompok jama’ah rombongan dari ulama’ salaf  mereka memulai mudzakarah mulai setelah isya’, mereka tidak beranjak dari tempat mudzakarah tersebut selama belum berkumandang adzan subuh, apabila santri tidak menemukan teman yang bisa untuk diajak mudzakarah, maka hendaknya ia melakukannya sendiri, ia mengulangi setiap kata yang ia dengar dalam hatinya supaya menancap dan membekas dalam lubuk hatinya. Mengulangi kata dalam hati itu sama dengan mengulangi kata pada lisan. Gunakan akal untuk berfikir baik ketika mengulangi atau ketika dihadapan gurunya, biasakan diri untuk menggunakan kekuatan otak yang dimiliki.

*16. Hendaknya pelajar bertawakkal kepada Allah,* tidak menyibukkan dirinya dengan masalah rizki, permusuhan dan bertentangan dengan seseorang, menjauhkan diri dari pergaulan orang-orang yang ahli maksiat dan pengangguran. Karena dapat menimbulkan dampak yang negatif.

*17. Ketika sedang belajar hendaknya menghadap kiblat, banyak mengamalkan, melakukan tradisi-tradisi rasululah SAW,  mengikuti ajakan ahli kebaikan, menjauhkan diri dari doanya orang yang dianiaya (madzlum), dan memperbanyak shalat dengan segala kekhusukan.*

*18. Bersemangat dalam menggapai kesuksesan dengan diwujudkan pada kegiatan-kegiatan yang positif* dan bermanfaat serta berpaling dari kegiatan negatif dan sia-sia.Selain mampu memotivasi dirinya sendiri, pelajar juga sebaiknya memotivasi teman-temannya untuk senantiasa antusias dalam menggapai ilmu yang bermanfaat

*19. Hasil-hasil pendidikanya tidak hanya sebagai suatu nasehat dan peringatan yang berharga pada dirinya, tetapi pelajar juga harus mampu mengamalkan dan menyebarkan ilmunya* sehingga ilmu itu bisa membawa berkah, manfaat dan bersinar serta mendapat pahala yang luar biasa.Bagi orang-orang yang tidak mampu mengamalkan berarti ia tidak memiliki ilmu yang mumpuni, kalaupun toh memilki ilmu, maka ilmunya kurang bermanfaat.

*20. Ilmu yang dimilikinya tidak membuat dirinya menjadi sombong.* Pelajar wajib bersyukur kepada Allah SWT, selalu mangharapkan tambahan ilmu dari-Nya dengan cara mensyukuri secara terus menerus, berakhlakul karimah, serta menjaga diri dari hak-hak yang dimilki oleh teman, saudara, baik seagama atau seaktifitas. Berusaha melupakan dan menutupi kejelekan mereka, memaafkan segala kekeliruan dan mensyukuri terhadap terhadap orang-orang yang berbuat bagus. Imam Abu Hanifah berkata: "Kudapatkan ilmu dengan bersyukur dan memuji Allah. Tiap-tiap berhasil kufahami fiqh dan hikmah selalu saja kuucapkan Alhamdulillah. Dengan cara itu, jadi berkembanglah ilmuku."


*Referensi:*
Syaikh Az-Zarnuji, Ta'limul Muta'alim Thariqatta'allum
Kyai Hasyim Asy’ari, Adab al-Alim Wa al-Muta’allim.
Ibnu Jamâ’ah, Tadzkirah al-Sâmi’ wa al-Mutakkalim fî Adab al-‘Ilm wa al-Muta’allim

Sumber tulisan: http://majlisislamkaffah.blogspot.co.id/2018/01/adab-pelajar-terhadap-pelajarannya.html

0 comments:

Post a Comment