• Bijak dalam bersosial media

    Mari perdalam agama islam secara kaffah/menyeluruh, hati-hati dalam copas dan share sosmed, ikuti pendapat ulama yang ikhlas dan benar.

  • Islam adalah agama yang Sempurna

    Kebenaran Islam tidak terbantahkan oleh kebenaran apapun,buktikan. Pelajari secara mendalam kepada ustad/ustazah yang benar dan ikhlas

  • Sosial Media bagaikan pisau bermata dua

    Mari gunakan sebaik-baiknya, cerdas dan arif dalam penggunaannya serta tidak menyalahi aturan islam

Sunday, June 2, 2019

ILUSI KEDAULATAN, INDONESIA TERJUAL ?

Oleh : *Dr. Ahmad Sastra*
Dosen Filsafat dan Peradaban

Reshare from https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=458524288295122&id=100024126641179

Orang baik tidak memerlukan hukum untuk memerintah mereka agar bertindak penuh tanggungjawab, sementara orang jahat akan selalu menemukan celah di sekitar hukum [Plato]

Ada pasal fundamental dalam Undang-Undang Dasar di negeri ini bahwa sumber daya alam adalah milik rakyat dan dikuasai negara untuk dikelola demi kesejahteraan rakyat. Dalam perspektif Islam, sumber daya alam seperti air, hutan, minyak dan gas adalah milik rakyat atau umat yang tidak boleh dijual atau diprivatisasi menjadi monopoli individu.

Privatisasi sumber daya alam sebagai konsekuensi implementasi sistem ekonomi kapitalisme sejatinya melanggar undang-undang, terlebih prinsip Islam. Rasulullah pernah bersabda, kaum muslim bersekutu [memiliki hak yang sama] dalam tiga hal : air, padang dan api [HR Abu Dawud] 

Sistem kapitalisme merujuk kepada sistem sosial ekonomi yang individualistik dan liberalistik, dimana kepentingan individu diatas segalanya. Karena itu kapitalisme sering juga disebut dengan istilah free enterprise atau private enterprise.

Hak milik privat atas alat-alat produksi dan konsumsi [tanah, pabrik, jalan, dll] dengan tujuan menumpuk kekayaan individual adalah karakter utama kapitalisme menurut Milton H Spencer. Konsep ini timbul dari pemikiran filsafat John Locke yang berpendapat bahwa kekayaan adalah hak alamiah dan terlepas dari kekuasaan negara.

Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang tercantung dalam pancasila hanya akan menjadi sebuah utopia bagi rakyat kecil, jika yang diterapkan di negeri ini justru kapitalisme yang individualistik. Menjual aset-aset strategis bagi faktor kesejahteraan rakyat adalah bentuk pengkhianatan terhadap bangsa ini.

Sebab semakin banyak kebijakan privatisasi, maka semakin menganga kemiskinan rakyat. Akhirnya negara hanya menjadi kapling-kapling para kapitalis yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Kapitalisme ekonomi akan menjadikan kesenjangan menganga antara yang kaya dan yang miskin. Kekayaan sebuah negara hanya akan dikuasai oleh segelintir manusia rakus.

Bukan hanya sampai disini, bahkan kini yang berkembang adalah state capitalism dimana sebuah negara menguasai negara lain dengan sistem kapitalismenya. Asing yang diwakili Amerika dan aseng yang diwakili China bisa membeli negeri ini, jika negeri ini menerapkan sistem ideologi kapitalisme demokrasi sekuler.

Proyek OBOR adalah salah satu bentuk state capitalism yang secara ambisius dilakukan oleh China. Dengan skema jeratan utang (debt colonialism)  kepada negara lain, maka China berharap bisa menguasai aset negara lain, Sri Langka adalah salah satu korban OBOR China.

Sementara dari sisi sosial, kapitalisme sekulerisme akan melahirkan perilaku individual amoral yang jauh dari nilai-nilai agama dengan berlindung dibalik hak asasi manusia sebagai hak individual untuk berbuat apa saja. Kapitalisme sekuler telah membawa self destructive sejak lahir.

Worlview kapitalisme yang antietika agama inilah yang kelak menjadi sumber malapetaka sosiologis dunia modern di seluruh aspeknya. Kapitalisme adalah kejahatan sistematis dan terstruktur yang ditopang oleh konsensus konstitusi hasil konspirasi pengusaha dan penguasa yang hidup dalam jeratan pragmatisme.

Dari akar masalah inilah lahirnya berbagai bentuk kemiskinan dan kejahatan di masyarakat arus bawah karena tekanan hidup yang semakin tidak adil.

Sistem kapitalisme mendudukkan para pemilik modal diatas negara. Kedaulatan negara berada dibawah kuasanya. Faktor-faktor ekonomi strategis dikuasai sepenuhnya oleh para kapitalis yang mampu mengendalikan berbagai kebijakan negara. Kedaulatan dan keadilan dalam negara kapitalistik hanyalah sekedar retorika semua, jika tidak hendak dikatakan sebagai pembohongan publik.

Alih-alih penguasa akan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat sesuai amanah Undang-undang, dengan sistem kapitalisme ini justru sebuah negara akan mudah tergadaikan kedaulatannya dalam pesaran materialisme.

Sistem ideologi kapitalisme secara esensi bertentangan dengan Pancasila dan Islam. Miguel D Lewis mengatakan bahwa capitalism is religion. Banks are churches. Bankers are priests. Wealth ia heaven. Poverty ia hell. Rich people are sainst. Poor people are sinners. Commodities are blessings. Money ia God.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa negara bisa terjual jika menganut sistem kapitalisme ini. Bukan hanya sampai disitu, kapitalisme akan melahirkan berbagai kezaliman bagi rakyat kecil. Setidaknya ada empat kezaliman akibat sistem kapitalisme ini.

Pertama, kezaliman politik. Mengingat kekuasaan terhadap manusia dimonopoli oleh komunitas tertentu di antara mereka. Komunitas yang memonopoli kekuasaan ini senang memaksakan kehendaknya kepada rakyat, tanpa memberikan hak kepada siapapun untuk mengemukakan pendapatnya dalam menyusun program dan cara kerja penguasa. Di sana telah terjadi perampasan hak rakyat secara masif oleh sentral kekuatan politik negara.

Kedua, kezaliman sosial. Proses penjaringan penguasa dalam sistem kapitalisme diberikan hanya kepada orang-orang berduit dan yang mau melakukan tindakan tercela berupa suap atau gratifikasi. Akibatnya orang-orang yang sebenarnya memiliki kejujuran dan integritas tidak tidak ada peluang sama sekali jika tak memiliki uang. 

Kapitalisme dengan demikian berwatak diskriminatif terhadap orang-orang baik yang sejatinya layak menjadi pemimpin. Terbukti banyaknya tindak pidana korupsi adalah cara untuk mengembalikan modal politik penguasa dalam sistem kapitalisme.

Ketiga, kezaliman ekonomi.  Tumbuhnya kelas sosial kapitalis yang memiliki kekayaan yang melimpah di satu sisi tapi terdapat pula kelas sosial yang sangat miskin di sisi lain. Kekayaan segelintir orang bisa melebihi harta ratusan juta rakyat jelata.

Hal ini diakibatkan oleh belum terfikirnya pembuatan peraturan pendistribusian kekayaan negara kepada rakyat. Karenanya tumbuh kelas sosial yang kaya (kapitalis) yang rakus dan menzalimi sesama demi memuaskan nafsunya tanpa mengindahkan aturan. Tumbuhlah praktek-praktek ribawi yang sangat menjerat si miskin.

Keempat, kezaliman jiwa. Masyarakat kapitalistik tidak dibangun di atas asas persaudaraan melainkan pemaksaan dan kepentingan sepihak. Inilah yang kemudian menghilangkan kejernihan jiwa penguasa dan rakyat. Mereka tumbuh menjadi penindas yang lemah. Jiwa mereka menjadi gelap penuh egoisme dan kecongkakan.

Akibatnya berbagai bentuk kejahatan dan kriminalitas  tumbuh subur dari dari pucuk penguasa hingga rakyat jelata. Rakyat kemudian banyak mengalami stress dan depresi akibat tekanan ekonomi yang kian menjerat.

Jika demikian, alangkah eloknya jika seluruh penguasa sebagai pengemban amanah rakyat di negeri ini melakukan reorientasi paradigma terhadap sistem kenegaraan bangsa ini. Sudah saatnya negeri ini membuang jauh sistem ideologi kapitalisme demokrasi sekuler yang terbukti telah menjajah negeri ini.

Dalam pusaran dan jeratan ideologi kapitalisme dan hegemoni state capitalism, teriakan 'kita Pancasila, kita Indonesia' hanyalah sandiwara belaka. Teriakan itu sekedar apologi atas ketidakberdayaan bangsa ini dibawah hegemoni neokolonialisme asing dan aseng.

Tidaklah sulit untuk memahami bahwa negeri ini telah hampir runtuh kedaulatannya hegemoni kapitalisme demokrasi sekuler ini. Sesungguhnya negeri ini belum merdeka sepenuhnya, masih terjajah dan bahkan terjual kepada asing dan aseng.

Semoga para penguasa tidak melakukan misdiagnosis sehingga melakukan tindakan malpraktek atas penyakit negeri ini. Dari sinilah semoga sistem Islam bisa menjadi alternatif terbaik bagi obat mujarab atas penyakit kronis negeri ini. Sebab terbukti secara empiris bahwa ideologi kapitalisme dan komunisme telah gagal total. Saatnya ideologi Islam menggantikannya.

*[Dr.AhmadSastra,Semarang,,2/6/19 : 09.20WIB]*

Tuesday, October 23, 2018

Time Capsule



© _Ustadz Yudha Pedyanto_

Time capsule adalah sebuah tabung yang berisi pesan atau informasi penting untuk masa depan. Ia biasanya dipendam di dalam tanah, dan baru digali, dibuka dan dibaca pesannya setelah periode waktu tertentu; bisa 20, 100 bahkan 1,000 tahun kemudian.

Sebagai contoh ada time capsule yang dibuat pada tanggal 31 Desember 1900 di Detroit, yang berisi pesan untuk warga dan wali kota Detroit di masa depan. Time capsule terebut dibuka dan dibaca 100 tahun kemudian, tepat pada tanggal 31 Desember 2000. Ada juga time capsule yang berasal dari tahun 1993, yang baru saja dibuka oleh mahasiswa di Virginia beberapa hari lalu.

Setelah menyaksikan peristiwa pembakaran bendera tauhid (Ar-Royah) di Garut Jawa Barat kemarin, saya terdorong untuk membuat sejenis time capsule digital, yang saya tujukan kepada Amirul Mukminin, Khalifah dan pemimpin umat Islam di masa depan. Saya berharap pesan ini sampai kepada beliau dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Kepada Amirul Mukminin, Khalifah dan pemimpin kami.

Jika Anda membaca surat ini, maka khilafah 'ala minhajin nubuwwah telah berdiri. Anda adalah Khalifahnya, Amirul Mukminin kami. Ingin rasanya kami bertatap muka, membaiat serta menjabat tangan Anda secara langsung wahai Khalifah. Tapi umur adalah rahasia Allah SWT. Maka melalui surat ini kami menitipkan salam yang mungkin tak sempat terucap: Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Anda adalah Khalifah, Amirul Mukminin. Kehadiran Anda sudah lama kami nanti-nantikan. Meski kadang penantian kami tak sebanding dengan kesungguhan kami dalam berjuang menegakkan kembalinya Khilafah. Ingin rasanya kami mengenal wajah Anda, menatap dalam-dalam mata Anda, sembari menyampaikan pesan dan keluh kesah ini secara secara langsung di hadapan Anda.

Oh ya Khalifah, Anda pasti sudah dengar tentang Khabib Nurmagomedov sang petarung muslim UFC yang berhasil menghajar habis-habisan McGregor sang penista Islam? Saat itu kami semua merinding dan bersorak gembira wahai Khalifah. Tapi sebenarnya kami merindukan sosokmu wahai Khalifah, yang bisa menjaga kemuliaan Islam dan umatnya, yang berani berkata: siapa pun yang berani menista Islam dan umatnya, akan berhadapan dengan full weight of the Khilafah army.

Jika seorang Khabib saja bisa memantik ghirah kami, apalagi Anda wahai Khalifah, yang saat ini memimpin angkatan bersenjata paling kuat sedunia, dengan jumlah tentara paling banyak sedunia. Saya yakin sekarang pasti banyak perwiramu dan tentaramu yang segagah dan seberani Khabib Nurmagomedov. Sampaikan salam kami kepada mereka ya Khalifah. Ingin sekali rasanya kami berjuang side by side bersama mereka di medan jihad.

Wahai Khalifah, Amirul Mukminin. Dahulu kami hanya bisa mengibarkan bendera Rasulullah SAW Al-Liwa dan Ar-Royah melalui tangan-tangan mungil anak kami, atau kami pasang di rumah-rumah kecil kami. Tapi kami yakin, hari ini Al-Liwa dan Ar-Royah telah dikibarkan di setiap gedung dan instansi Negara Khilafah. Sedangkan Ar-Royah telah dipasang di ribuan tank-tank, pesawat tempur, serta kapal induk angkatan bersenjata Negara Khilafah. Membayangkannya saja kami sudah bangga dan bahagia, apalagi saudara-saudara kami yang hari ini bisa menyaksikan langsung tentu lebih bangga dan bahagia.

Oh ya Khalifah, Anda pasti sudah mendengar insiden pembakaran Ar-Royah oleh oknum ormas pemuda Islam, yang terjadi sehari sebelum surat ini ditulis. Yang menyedihkan sampai surat ini ditulis tak ada tanda-tanda penyesalan atau permohonan maaf dari pimpinan ormas kepemudaan tersebut, atau pimpinan ormas induknya. Justru mereka membenarkan tindakan tercela tersebut dengan alasan menjaga kalimat tauhid. Kalo memang niatnya menjaga harusnya cukup dilipat dan disimpan saja. Dan ingat, sebuah benda yang masih utuh berwujud bendera tidak bisa disamakan dengan robekan Al-Quran yang harus dibakar.

Anda tentu mendengar wahai Khalifah, tindakan mereka memancing kemarahan luar biasa dari umat Islam. Ada yang menantang duel, mengancam jihad, ada pula yang mengadakan aksi solidaritas kolosal. Saya yakin, hari ini pun ketika khilafah sudah tegak, semuanya masih mengingat peristiwa menyedihkan tersebut. Para pelaku pembakaran Ar-Royah, para pemimpin ormas pemudanya, para pemimpin ormas induknya, serta semua keturunan mereka hari ini dan esok pasti masih menanggung malu akibat kelakuan orang tua mereka. Karena sekalipun kami bisa memaafkan, tapi bagaimana mungkin kami bisa melupakan?

Entah berapa generasi keturunan harus menanggung malu akibat perbuatan pelaku dan pendukung pembakaran Ar-Royah tadi. Kalau tujuh turunan sepertinya masih kurang. Kasihan sebenarnya anak cucunya. Harus menanggung beban berat seperti: “Eh, kamu anak cucu pembakar Ar-Royah ya?” atau “Eh, orang tuamu dulu yang membela pembakar Ar-Royah ya?” atau “Eh, kakekmu dulu anggota ormas pendukung pembakar Ar-Royah ya?” Semua muslim sedunia pun mengecam. Apalagi pembakaran itu tidak dilakukan oleh orang kafir dan terjadi di Israel. Tapi oleh anggota ormas kepemudaan Islam dan terjadi di Indonesia, negeri dengan penduduk muslim terbesar, serta terjadi di Hari Santri Nasional pula.

Maka pesan kami wahai Khalifah, maafkanlah dan pulihkanlah reputasi anak cucu para pelaku dan pendukung pembakaran Ar-Royah tadi. Karena seseorang tidak layak menanggung kesalahan orang tua mereka, yang terlalu bodoh membakar bendera Ar-Royah, yang hari ini menjadi bendera yang dipajang di setiap armada dan persenjataan militer negara adikuasa nomor satu di dunia, Khilafah Islamiyah. Kalau saja orang tua mereka masih yakin akan kebenaran Hadits: Tsuma takunu khilafat[an] 'ala minhajin nubuwwah, tentu mereka tak sebodoh itu membakar bendera tauhid yang kelak menjadi bendera angkatan bersenjata nomor satu di dunia.

Tapi untuk para aktor pemecah belah dan pengadu domba dibelakangnya, yakni para kafir imperialis dan kaki tangannya, jika hari ini masih ada yang tersisa dan tak bertaubat juga, maka habisi mereka wahai Khalifah. Jika ada bisikan syaitan (yang kadang berbentuk tokoh humanis) berkata maafkanlah mereka. Maka katakanlah wahai Khalifah; biaralah menjadi urusan Allah SWT untuk memaafkan mereka. Urusanku hanyalah mempertemukan mereka dengan Allah SWT saja.

Terakhir pesan kami kepada Anda wahai Khalifah, Amirul Mukminin. Bersumpahlah untuk menjadi penjaga Islam yang terpercaya. Bersumpahlah untuk melindungi kemuliaan Islam dan umatnya. Bersumpahlah untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari para penjajah yang durjana. Serta bersumpahlah untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebagaimana yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW, serta Khulafaur Ar-Rasyidin sesudahnya. Sungguh kami sangat ingin berada di dalam barisanmu wahai Khalifah, tapi sekali lagi umur adalah rahasia Allah SWT. Bahkan guru-guru kami pun sudah banyak yang pergi mendahului kami.

Dari lubuh hati kami yang terdalam, akhirnya kami ucapkan: Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh ya Khalifah. Dari saudaramu dan rakyatmu di masa lalu. 

Demikianlah pesan time capsule saya untuk Khalifah di masa depan. Jika para pembaca yang budiman tidak keberatan, tolong bantu saya menanamkan digital time capsule ini di setiap timeline dan byte storage yang ada di internet, sehingga menjadi jejak digital yang bisa terbaca pada saatnya. Insya Allah.

Jogjakarta, 23 Oktober 2018

Saturday, September 15, 2018

Frenemy

*Frenemy*
_Oleh Yudha Pedyanto_


_Violence is the last refuge of the incompetent._
 -Salvor Hardin

Kekerasan adalah perlindungan terakhir bagi orang yang tidak kompeten. Ini adalah kata-kata favorit Isaac Asimov, seorang profesor biochemistry dari Boston University, sekaligus penulis science fiction terkenal. Kalo Anda pernah lihat film I Robot yang diperankan Will Smith, atau Bicentennial Man yang diperankan Robin Williams, film-film itu adalah hasil adaptasi dari karyanya.

Kekerasan adalah perlindungan terakhir bagi orang yang tidak kompeten. Apa maksudnya? Meminjam kaidah ushul mafhum mukholafah (inversion thinking), makna pararelnya kurang lebih adalah: Orang yang kompeten (cerdas, dewasa, berpendidikan) adalah orang yang tidak mudah berlindung di balik kekerasan.

Biasanya kalau ada anak kecil yang minta es krim ke adiknya, awalnya dia akan minta baik-baik. Jika belum berhasil, mungkin dia akan mengajak barter dengan mainan. Jika masih belum berhasil juga, tak punya pilihan lain dia akhirnya mengancam akan memukul, “Tak gebug kamu!” Itulah anak kecil. Tapi hari-hari ini banyak orang dewasa yang sikapnya seperti anak kecil tadi. Makanya disebut incompetent, atau impotent? Intellectually and maturity speaking.

Melihat maraknya aksi main hakim sendiri dan persekusi yang terjadi di seantero negeri belakangan ini, lalu penguasa pun hanya bisa tutup muka dan diam seribu bahasa, harus saya akui kata-kata favorit Isaac Asimov tadi adalah kata-kata favorit saya juga. Negeri ini seperti impotent tak mampu menegakkan hukum dan keadilan, dan akhirnya jadi sarang penyamun yang incompetent.

Terlepas dari menariknya dan relevannya kata-kata fave Isaac Asimov tadi, saya lebih suka kata-kata Orson Scott Card, yang kebetulan seorang penulis science fiction juga, dan kebetulan karyanya juga sudah diadaptasi jadi film berjudul Ender’s Game:

_Only the enemy shows you where you are weak. Only the enemy tells you where he is strong._
-Orson Scott Card

Hanya musuhlah yang bisa menunjukkan di mana letak kelemahanmu, dan hanya musuhlah yang bisa memberitahu di mana letak kekuatannya. Kembali meminjam kaidah inversion thinking tadi, makna pararelnya kurang lebih adalah: Hanya musuhlah yang bisa menunjukkan di mana letak kekuatanmu, dan hanya musuhlah yang bisa memberitahu di mana letak kelemahannya. Wow, kata-kata yang luar biasa.

Tapi saya kurang setuju dengan kata musuh, karena hakikatnya dia bukan musuh (enemy), tetapi sahabat (friend) yang tertunda. Lagi pula layakkah orang yang berjasa besar menunjukkan kekuatan kita disebut musuh? Kita sebut saja mereka; enemies who soon became friends, atau lebih singkatnya frenemy.

Apalagi jika perselisihan tersebut terjadi antar sesama muslim yang pada hakikatnya bersaudara. Dan perselisihan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan yang dimanfaatkan pihak-pihak lain yang ingin umat Islam terus bertikai selamanya. Sementara para aktor di balik layar tertawa sambil toast wine saling memuji keberhasilan mereka memecah-belah umat Islam.

Lalu bagaimana mungkin enemy, maksud saya frenemy, berjasa besar menunjukkan kekuatan kita? Jika ada dua orang sedang beradu argumen, lalu ketika salah satunya tak mampu menyanggah, alih-alih mengaku kalah dia malah berkilah, “Argumenku mati harga, eh harga mati! Tak gebug kamu!” Maka si pengancam mengekspos kekuatan si pemilik argumen, serta kelemahannya sendiri. Si pemilik argumen jadi bisa menakar seberapa besar kekuatannya.

Mungkin ada yang menyela, tapi tadi kan contoh fiksi? Baiklah kalau mau contoh non fiksi kita bisa lihat sejarah Nabi SAW. Bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat dipersekusi oleh penguasa Quraisy dan kaki tangannya. Bukan karena Nabi SAW memiliki tahta dan bala tentara yang mengancam petahana. Tapi karena Rasulullah SAW menyampaikan Al-Quran yang menjungkirbalikkan nilai-nilai luhur yang dihargamatikan oleh petahana tadi.

Sebenarnya ada solusi mudah bagi petahana Quraisy; jika Al-Quran adalah sumber kekuatan Nabi SAW, maka petahana Quraisy tinggal membuat Al-Quran tandingan saja bukan? Buat saja Al-Quran versi Quraisy yang isinya balik menjungkirbalikkan nilai-nilai luhur Al-Quran versi Muhammad. Solusi simple dan tuntas. Selesai.

Tapi tunggu, ada satu masalah kecil: Petahana Quraisy tak mampu melakukannya. Walid bin Mughirah profesor sastra terbaik yang dimiliki petahana, dikirim untuk menandingi sastra Al-Quran. Tapi Prof Walid hanya bisa pulang dengan tangan hampa sembari berkata, “Ma hadza bi qoulin basyarin”, ini bukan perkataan manusia. Sambil putus asa akhirnya petahana Quraish mengeluarkan opsi terakhirnya; intimidasi, penyiksaan, pengusiran bahkan peperangan. _Such a last refuge of the desperate incompetent._

Mungkin masih ada aja yang menyela, tapi tadi kan contoh sejarah jaman old? Contoh kasus untuk kids jaman now ada nggak? Baiklah Anda memaksa saya meminjam contoh kasus HTI untuk yang kesekian kalinya. Ketika rezim petahana mengeluarkan perpu ormas dan membubarkan HTI, saya sangat terkejut. Mengapa? Karena perpu, pembubaran dan persekusi, bagi saya adalah tindakan yang terlalu mewah dan mahal bagi sebuah jamaah dakwah yang sering dicemooh kecil, tak memiki banyak pendukung, bisanya omong doang dan mimpi khilafah.

Seharusnya kalau memang HTI kecil dan tak signifikan, dicuekin saja lama-lama capek dan mati sendiri. Tapi penguasa petahana yang sebelumnya putus asa tak bisa membubarkan pakai UU Ormas, harus bersusah payah membuat perpu darurat (dipaksakan), yang melibatkan Menkumham, Menag, Menristek, Menko polhukam, Mendagri, TNI, Polri, BIN, seorang Presiden dan sebuah sidang paripurna DPR. Semuanya tadi hanya untuk menghadapi HTI? _Really?_

Wait. It’s far from enough. Tak cukup sampai di situ, Menristek mempersekusi dosen dan guru besar yang diduga anggota HTI. Masih belum cukup, di tambah lagi ormas terbesar di negeri ini beserta organ kepemudaannya gencar membubarkan pengajian yang diduga HTI. Wow sebesar itukah kekuatan HTI? Hanya karena HTI ngomong doang dan mimpi khilafah, petahana Quraisy, maksud saya petahana rezim, sampai mengerahkan semua kekuatannya bahkan ancaman penangkapan dan penjara dua puluh tahun (Pasal 82A). _Such a last refuge of the desperate incompetent._

Tapi bagian yang paling menarik menurut saya bukan bagaimana kalapnya petahana dan kaki tangannya yang gigih mempersekusi HTI. Bagian yang paling menarik menurut saya adalah bagaimana sikap HTI dalam menghadapi persekusi tersebut. Mereka terlihat sangat kalem, percaya diri, dan banyak tersenyum. Mungkin karena mereka sadar, bahwa semuanya yang terjadi bukannya melemahkan HTI, tapi justru mengekspos kekuatan hakiki yang dimiliki HTI.

Karena hanya enemy yang bisa menunjukkan dimana letak kekuatanmu, dan hanya enemy yang bisa memberitahu di mana letak kelemahannya. Sorry maksud saya frenemy bukan enemy. Dan semua tindakan represi dan persekusi tadi sejatinya ibarat pengakuan tersirat: Wahai HTI, levelmu setara dengan kami, negara beserta semua lembaganya, bahkan mungkin lebih tinggi. Jadi kalo ada ormas kelas ojek pangkalan suka bubarkan pengajianmu, abaikan saja.

Seolah semua persekusi dan kejadian sudah diantisipasi, diprediksi dan disimulasikan dengan akurat di kepala para syabab HTI tadi. Mengingat mereka bukan kelompok amatiran, tapi sudah berpengalaman di skala internasional selama 67 tahun menghadapi tiran-tiran paling bengis dan represif di seluruh dunia. Ingat HTI hanyalah bagian integral dari Hizbut Tahrir internasional. Tiba-tiba saya merasa ngeri-ngeri sedap. Batin saya berucap lirih, _“You guys have no idea who you're dealing with.”_

Ketika ustadz-ustadz mereka dipersekusi, mereka mengalah. Ketika gugatan mereka kalah di pengadilan, mereka sujud syukur. Manusia macam apa yang bisa seperti ini? Seolah mereka sedang mempersiapkan _“the next move”_ yang lebih besar dari semuanya tadi. _And whatever it is, it’s big and spectacular, but I believe it’s also beautiful and peaceful._ Dan mungkin kali ini, petahana dan kaki tangannya tak akan sanggup menghentikan mereka.


Jogjakarta, 15 September 2018
#MengenalHTI
#HTImilenial

Monday, August 27, 2018

Tips Menghafal Al quran U.AbdulSomad

Bagaimana supaya Al quran melekat di hati dan tidak lupa?
@UstadzAbdulSomad


1. Pilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Quran, dianjurkan setelah selesai Shalat Subuh.

2. Baca pada shalat qabliyah dan ba'diyah sebagai latihan dan pengulangan

3. Menuliskan teks hafalan Al-Quran pada kertas

4. Memperdengarkan hafalan kepada teman.
===
Supported by: Perum Tahfid residen
الحمد لله
Telah hadir Perum Tahfid residen di Rangkah kidul sidoarjo, Islami + ada program tahfid untuk keluarga dan anak di perum tsb. Murah dan Mewah.

Tinggal 7 unit. Buruan booking, dari pada kehabisan atau harga DP dan cicilannya naik.
Selama agustus ada promo
DP 75jt, angsuran 4jt sampai lunas (10-13thn).

Hub: Samik 085731160005
Atau klik link wa berikut: wa tahfid residen
Info foto lengkap bisa dilihat di
http://propertisyarie.blogspot.com/2018/08/perum-tahfid-residen-murah-mewah.html?m=1 






Monday, August 20, 2018

Khutbah idul adha 2018 mengharukan dan keren

بسم الله الرحن الرحيم
HAJI DAN KURBAN:
KETAATAN, PERJUANGAN DAN PENGORBANAN

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

الله أكبر 3 x الله أكبر 3 x الله أكبر 3 x
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى، وَ أَمَرَنَا بِالتقيد والتَّقْوَى، وَ نَهَانَا عَنِ  العصيان واتِّبَاعِ الْهَوَى.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المجتبى ، ومَنْ يُنْكرْهُ فَقَدْ ضَلَّ وغوى.

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، نِبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا، وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الْجَزَا.

أَمَّا بَعْدُ:
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وزجر.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Alhamdulillah. Milik-Nya segala keagungan. Untuk-Nya seluruh pujian. Bagi-Nya segala sanjungan. Dialah Zat Yang Maha Pengasih. Maha Penyayang.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Dia limpahkan, kepada hamba sekaligus rasul pilihan. Baginda Nabi Muhammad saw. sang teladan. Shalawat dan salam semoga juga Dia limpahkan kepada keluarga, para sahabat dan umat beliau, hingga akhir zaman. Amiin.

Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Saat ini, ada jutaan kaum Muslim. Dari seluruh penjuru bumi. Berkumpul di Tanah Suci. Memenuhi panggilan Ilahi. Menunaikan ibadah haji. Setiap tahun sekali. Selalu menjadi panorama yang amat memikat hati. Membuat siapapun berhasrat menginjakkan kaki. Di Tanah suci tempat kelahiran Baginda Nabi.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Sebagaimana kita saksikan. Sebagaimana juga kita rasakan. Saat Idul Adha kita rayakan. Bangsa ini dirundung oleh ragam ujian. Tampak nyata hasrat untuk saling berebut kekuasaan. Tampak jelas nafsu untuk terus mempertahankan kekuasaan.

Ego pribadi. Kehendak golongan. Kepentingan partai. Tak jarang mendominasi. Saling sikut berebut kursi. Masing-masing siap mengorbankan apa saja. Bahkan mengorbankan siapa saja. Demi jabatan dan kekuasaan. Para pendukung dan pengikutnya pun setali tiga uang. Siap melibas dan melawan pihak lawan.

Saat yang sama. Rakyat terus ditimpa nestapa. Kemiskinan dan Pengangguran dimana-mana. Kriminalitas meraja-lela. Harga-harga barang melambung. Utang negara terus menggunung.

Di sisi lain, bencana demi bencana terus mengguncang negeri ini. Yang terkini adalah gempa bumi yang bertubi-tubi. Di NTB dan Bali. Semua ini tentu semakin menambah derita penduduk negeri tercinta ini.

Namun demikian, Saudara-saudaraku sekalian, hendaknya kita selalu menyadari. Semua duka pada akhirnya akan terhenti. Kecuali duka karena meninggalkan petunjuk Baginda Nabi. Semua bahagia pun akan sirna. Kecuali bahagia saat kita diakui sebagai umatnya.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Karena itu, di tengah nestapa dan derita bangsa ini, juga dalam momen Idul Adha yang begitu syahdu tahun ini, mari kita bayangkan sejenak. Peristiwa penting sekitar 14 abad yang lewat. Peristiwa yang dikenal dengan Haji Wada’. Beberapa bulan saja sebelum Baginda Nabi saw. menghadap kekasihnya yang mulia, Allah SWT.

Nabi berkhutbah di hadapan lebih dari 100 ribu jamaah haji. Tak hanya sekali. Beliau berkhutbah di Hari Arafah, Hari Idul Adha juga Hari Tasyriq. Wahai hadirin, simaklah baik-baik sebagian dari isi khutbah manusia agung ini:

"Wahai manusia, perhatikanlah kata-kataku ini. Aku tak tahu, boleh jadi sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, aku tak lagi akan bertemu dengan kalian.

Wahai manusia, sungguh darah dan harta kalian adalah suci bagi kalian, seperti sucinya hari ini, juga bulan ini, sampai datang masa di mana kalian menghadap Tuhan. Saat itu kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan kalian.

Ingatlah baik-baik, janganlah kalian sekali-kali kembali pada kekafiran atau kesesatan sepeninggalku sehingga menjadikan kalian saling berkelahi satu sama lain.

Ingatlah baik-baik, hendaklah orang yang hadir pada saat ini menyampaikan nasihat ini kepada yang tidak tidak hadir. Boleh jadi sebagian dari mereka yang mendengar dari mulut orang kedua lebih dapat memahami daripada orang yang mendengarnya secara langsung." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Beliau pun bersabda:

"Wahai manusia, ingatlah, Tuhan kalian satu. Bapak kalian juga satu.

Ingatlah, tak ada keutamaan bangsa Arab atas bangsa non-Arab. Tak ada pula keunggulan bangsa non-Arab atas bangsa Arab. Tidak pula orang berkulit putih atas orang berkulit hitam. Tidak pula orang berkulit hitam atas orang berkulit putih. Kecuali karena ketakwaannya." (HR Ahmad).

Beliau juga bersabda:

"Wahai manusia, sesungguhnya segala hal yang berasal dari tradisi jahiliah telah dihapus di bawah dua telapak kakiku ini. Riba jahiliah pun telah dilenyapkan.

Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dalam urusan wanita (istri). Sebab kalian telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan telah menghalalkan farji mereka dengan kalimat-Nya.

Wahai manusia, sesungguhnya telah aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang menjadikan kalian tidak akan tersesat selama-lama jika kalian berpegang teguh pada keduanya. Itulah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya." (HR Ibnu Khuzaimah).

الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Dari apa yang Baginda Nabi saw sampaikan di atas, ada sejumlah hal yang beliau nasihatkan kepada kita. Di antaranya:

Pertama, kita diingatkan oleh beliau untuk tidak merasa lebih mulia/utama dari bangsa lain. Tak selayaknya bangsa Arab merasa lebih mulia atas bangsa non-Arab. Tak sepatutnya bangsa non-Arab, termasuk kita di Nusantara ini, merasa lebih mulia dari bangsa Arab. Sebab kemuliaan manusia atas manusia lain di sisi Allah SWT hanya karena ketakwaannya. Takwa tentu saja harus dibuktikan dengan ketaatan total atas seluruh perintah dan larangan-Nya. Takwa tentu wajib diwujudkan dengan menjalankan semua syariah-Nya.

Kedua, kita diperintahkan oleh beliau untuk menjaga darah, harta dan kehormatan sesama. Tak boleh saling menumpahkan darah. Haram saling merampas harta. Terlarang saling menodai kehormatan sesama. Karena itu perintah untuk siap berkelahi dengan sesama saudara, dari siapapun datangnya, tak selayaknya kita ikuti. Sebab itu berpotensi untuk menumpahkan darah. Berpeluang mencederai harta. Bisa berujung pada penodaan kehormatan sesama.

Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Ketiga, kita diperintahkan oleh beliau agar meninggalkan semua tradisi jahiliah. Di antaranya riba. Dalam segala bentuknya. Sayang. Hari ini riba bukan saja merajalela. Riba bahkan telah menjadi pilar ekonomi yang utama. Termasuk di negeri Muslim terbesar ini. Tidak aneh jika utang ribawi, dengan bunga sangat tinggi, sangat berpeluang membangkrutkan negeri ini. Akankah bangsa ini terus mengabaikan nasihat Baginda Nabi saw. ini? Padahal jelas, nasihat beliau untuk menjauhi riba lebih layak ditujukan kepada kita hari ini daripada ditujukan kepada para sahabat Nabi. Sebab pada masa para sahabat, riba sudah sejak awal dicampakkan dan dibuang sejauh-jauhnya.

Keempat, kita diperintahkan oleh beliau untuk memuliakan kaum wanita (istri-istri) kita. Tak sepatutnya kita menyakiti hati mereka. Tak selayaknya kita menistakan mereka. Sebab mereka adalah sahabat kita. Dalam suka dan duka. Teman setia, di dunia hingga ke surga. aamiin

Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Kelima, kita diharuskan oleh beliau untuk senantiasa memelihara tali persaudaraan. Dengan sesama kaum Muslim. Layaknya saudara. Tak boleh saling mencerca. Haram saling mencederai. Terlarang saling mencaci-maki. Tercela jika sampai saling mem-bully. Apalagi mempersekusi.

Sayangnya. Hari ini tali persaudaraan seolah terlukai. Bahkan antar kelompok umat Islam bisa saling berhadap-hadapan. Asal berbeda mazhab, bisa saling bertindak tak beradab. Asal berbeda paham dalam masalah cabang, bisa saling melemparkan tudingan. Asal beda organisasi, bisa saling mem-bully. Asal beda kepentingan, bisa saling menggunting dalam lipatan. Kemanakah ruh berjamaah sebagai umat Nabi Muhammad? Kemanakah rasa kebersamaan sebagai satu kesatuan umat islam? Mereka seolah lupa, kaum Muslim itu bersaudara. Mereka harusnya saling menguatkan. Bukan saling melemahkan.

Keenam, kita pun diharuskan oleh beliau untuk selalu menyampaikan nasihat kepada orang lain. Sebab, kata Baginda Nabi saw., agama adalah nasihat. Di antara nasihat yang paling utama adalah nasihat yang ditujukan kepada penguasa. Karena itu sudah sepantasnya kita tak perlu takut untuk menyampaikan nasihat kepada penguasa. Agar mereka tidak terus dalam kesesatan. Agar mereka tidak terus dalam penyimpangan. Agar mereka tidak terus melakukan kezaliman. Kezaliman terbesar penguasa tidak lain adalah saat mereka tidak menerapkan hukum-hukum al-Quran. Saat mereka tidak menerapkan syariah Islam. Itulah yang Allah SWT tegaskan:

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Siapa saja yang tidak memerintah dengan apa yang Allah turunkan (al-Quran), mereka itulah kaum zalim." (QS al-Maidah [5]: 45).

Karena itu tugas kitalah, segenap komponen umat Islam, untuk terus mendorong penguasa agar memerintah dengan al-Quran. Agar mereka berhukum hanya dengan hukum Islam. Di seluruh ruang-ruang dan sendi-sendi kehidupan.

Ketujuh, kita diwajibkan oleh beliau untuk selalu berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. Baginda Nabi saw. Telah menjamin. Siapapun yang istiqamah berpegang teguh pada keduanya, tak akan pernah tersesat selama-lamanya.

Sayang. Apa yang dipesankan Baginda Nabi saw. 14 abad lalu, tak banyak diindahkan  hari ini. Al-Quran dan as-Sunnah banyak yang tidak lagi pedulikan. Kecuali sebatas bacaan. Isinya diabaikan. Hukum-hukumnya dicampakkan. Pantaslah, jika saat ini, bangsa ini seperti tersesat di jalan. Pantas pula negeri ini dirundung aneka persoalan. Lalu sampai kapan al-Quran dan as-Sunnah akan terus kita abaikan?  

الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Di momen Idul Adha ini, kita juga kembali mengenang kisah teladan abadi, dari dua Nabi yang taat pada Tuhannya dengan ketaatan tanpa mengenal kata “tapi”. Ibrahim as menyembelih putra yang dicintai, Ismail as. Berdasarkan mimpi yang merupakan wahyu ilahi.

Wahai hadirin simaklah sepenggal kisah tentang cinta yang amat romantis, sekaligus dramatis, namun berakhir manis. Dalam ucapan Ismail berikut:

"Wahai ayahku, ikatlah tubuhku, agar aku tidak meronta. Jagalah bajumu agar tidak terkena darah, jika terlihat oleh Ibu, hal itu akan membuatnya sedih. Percepatlah dalam menyembelihku, agar kematian itu menjadi ringan bagiku. Palingkanlah wajahku, agar engkau tak memandang wajahku, lalu engkau merasa kasihan padaku. Dan agar aku tak melihat tajamnya pisau hingga rasa takut menyergapku. Wahai ayah, jika engkau pulang dan bertemu ibu, sampaikan salamku”. (Tafsir Imam Qurthubi juz 15 hlm. 104)

Ketundukkan yang total seperti inilah yang Allah gambarkan dalam al Quran:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (QS. Ash-Shoffat: 103))

Nabi Ibrahim lalu meletakkan pisau di leher putranya, menggerakkannya dengan cepat di leher Ismail,  sementara Malaikat Jibril bertakbir: “Allahu Akbar. Allahu Akbar”. Lalu Ismail bertahlil dan bertakbir “Laa ilaha illaLlah wallahu Akbar”. Nabi Ibrahim kemudian mengucapkan “Allahu Akbar walillahilhamd”. Apa yang terjadi? Apa yang berlaku? Pisau tajam yang ada di tangannya tak sanggup menembus kulit putranya. Allah berseru kepada nabi Ibrahim:

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا

"Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim. Sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu." (QS. Ash-Shaffat: 104-105)

Kisah yang selayaknya menjadi ibrah Bagi umat Islam, sepanjang zaman. Agar kita ringan berkorban harta dan jiwa di jalan Allah. Bukankah Allah SWT pun telah berfirman:

لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتَى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ

"Sekali-kali kalian tidak akan sampai pada kebajikan sebelum kalian menginfakkan harta (di jalan Allah) yang paling kalian cintai." (QS Ali Imran [3]: 92).

Wahai saudaraku, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Saat syariah Islam seolah haram untuk diterapkan. Hanya karena satu tuduhan tak beralasan: bisa mengancam kebhinekaan. Demikian pula institusi penerap syariah, yakni Khilafah Islam, juga terlarang diperjuangkan. Bahkan tak boleh meski sekadar diwacanakan. Para aktivisnya mereka kriminalisasikan. Organisasinya mereka bubarkan. Dengan tuduhan yang diada-adakan. Padahal jelas, Khilafah adalah bagian penting dari ajaran Islam, yang wajib ditegakkan. Sebagaimana dinyatakan oleh al-Syaikh Abdurrahman al-Jaziri dalam kitab al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arba'ah (Fiqh Empat Madzhab):

"Para imam madzhab -rahimahumullah- telah bersepakat bahwasannya khilafah adalah fardhu (wajib), bahwasannya kaum muslim harus memiliki seorang khalifah ..., dan bahwasannya tidak boleh kaum muslim sedunia di waktu yang bersamaan memiliki dua orang khalifah. Baik keduanya sejalan, maupun berseberangan."

Maka keteladanan keluarga Ibrahirim bagi kita menjadi sangat relevan. Menjadi bahan bakar api perjuangan. Yang tak boleh padam. Meski rintangan melintang. Ancaman menghadang. Kita wajib terus berjuang. Hingga meraih kemenangan. Atau hingga saatnya kita dipanggil pulang. Dengan meraih keridhoan-Nya.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد

Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Inilah sesungguhnya esensi ibadah haji dan kurban. Kita diajari tentang cinta, ketaatan dan kepatuhan total kepada Allah SWT. Kita pun diajari tentang keharusan untuk berkorban. Mengorbankan apa saja yang ada pada diri kita. Semata-mata demi kemuliaan Islam dan kaum Muslim.

Karena itu dengan mengambil ibrah dan keteladanan berupa cinta, ketaatan dan pengorbanan Nabiyullah Ibrahim dan Ismail as. dan Baginda Rasulullah saw., mari kita songsong kembali masa depan cerah peradaban umat manusia di bawah naungan Islam.

بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم

أقول قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah kedua
الله أكبر 7x
Muqaddimah, wasiat takwa, sholawat ibrahimiyah

Doa
Ya Allah, ya Tuhan kami. Inilah hari yang penuh berkah dan keberuntungan. Hari ini berkumpul kaum Muslim. Memenuhi sudut-sudut bumi-Mu. Hadir di antara mereka pemohon, peminta dan perindu. Ada di tengah-tengah mereka yang kini merasakan ketakutan dan mengharapkan perlindungan-Mu.

Ya Allah, sekiranya pada hari ini, Engkau hanya menerima tobat orang-orang yang berserah diri dan mengakui segala dosa, maka demi keagungan-Mu, kami berserah diri dan mengakui segala dosa-dosa kami.

Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah ibadah haji saudara-saudara kami di Tanah Suci, haji yang mabrur, sai yang maqbul, dosa yang diampuni, amal shalih yang diterima dan usaha yang tak akan pernah merugi.

Ya Allah, angkatlah cobaan-Mu atas penduduk negeri ini. Selamatkan kami dari kesempitan dan azab yang pedih, yang Engkau turunkan dari atas kami, atau dari bawah kami, atau dengan perpecahan di antara kami.

Ya Allah, persatukanlah hati-hati kami. Perbaikilah keadaan kami. Tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan. Entaskanlah kami dari aneka kejahatan. Yang tampak maupun yamg tersembunyi. Berkatilah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami dan hati-hati kami. Berkatilah istri-istri kami, anak-anak keturunan dan keluarga kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا، وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ بَصِّرْنَا بِدِيْنِكَ، وَوَفِّقْنَا لِاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، وَأَعِذْنَا مِنَ الْفِتَنِ كُلِّهَا، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّكَ  أَنْتَ السَمِيْعُ الْعَلِيْم .

اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَ أَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا تَوْبةً قَبْلَ اْلَمْوتِ، وَ شَهَادَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَ رضاك وَ الْجَنَّةَ بَعْدَ الْمَوْتِ.

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا وَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ وَقَتَلَ  اْلمُؤْمِنِيْنَ، يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ الْعَنْ الكَفَرَةَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَ يُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ، وَ يُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.

اَللَّهُمَّ مزق جمعهم، وَ زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَ مَنْ نَصَرَ الإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد.

---------
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ، وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته.

Thursday, August 16, 2018

MISI KEMERDEKAAN ISLAM

MISI KEMERDEKAAN ISLAM
(Renungan di Hari Kemerdekaan)

Oleh: Arief B. Iskandar

Rib’i bin Amir melaju cepat dengan kudanya. Menuju perkemahan Rustum. Panglima Pasukan Kerajaan Persia saat itu. Setibanya di sana, ia mendapati para pembesarnya berpakaian kenegaraan. Majelis mereka dihiasi dengan hamparan permadani. Juga sutera yang serba mahal. Rustum duduk di singgasananya. Ia memakai mahkota emas. Dihiasi dengan batu permata yang juga serba mahal. Sebaliknya, Rib’i bin Amir, Panglima Pasukan kaum Muslim itu, hanya berpakaian kasar dan sederhana.

Rib’i bin Amir langsung masuk ke perkemahan itu. Tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya. Ia tetap menunggang kudanya. Membiarkan kaki kuda itu mengotori haparan permadani yang serba mahal itu.

Tiba-tiba ia berhenti. Ia kemudian turun dari kudanya sebelum sampai di hadapan Rustum yang menanti dirinya. Rupanya, Rustum telah sengaja memasang sebuah palang besi. Setinggi setengah badan. Dengan itu dia berharap Pemimpin Pasukan Muslim itu mau berjalan menghadap dirinya dengan membungkukkan badannya.

Namun, Rib’i bin Amir tak kalah cerdik. Dia membalikkan tubuhnya. Lalu berjalan mundur seraya membungkukkan badannya. Pantatnya menunggingi sang Panglima Persia itu.

Rib’i bin Amir terus berjalan menghadap Rustum. Tetap menyandang tombaknya. Seketika itu pula hamparan permadani itu terkoyak-koyak oleh senjatanya itu. Melihat itu, para pembesar itu marah dan berseru, “Letakkan senjata itu!”

Rib'i menjawab, “Aku datang kemari hanyalah atas undangan kalian. Jika kalian suka, biarkan aku dalam keadaaanku sepert ini. Kalau tidak, aku pulang.”

“Biarkan dia menghadap!” kata Panglima Rustum.

Rustum lalu mengajukan sebuah pertanyaan, “Apa yang mendorong kalian datang ke negeri kami?”

Rib’i bin Amir, yang berdiri tegak penuh wibawa, menjawab dengan tegas, “Kami datang datang untuk memerdekakan manusia. Dari penyembahan kepada sesama manusia menuju penyembahan hanya kepada Allah SWT. Dari kesempitan ke keluasaannya. Dari kezaliman agama-agama ke keadilan Islam.”

Begitulah Ribi’i bin Amir. Ia menjelaskan bahwa kedatangan pasukan Khilafah Islam ke negeri Persia bukan karena ambisi ekonomi atau politik demi mengeksploitasi bangsa/negara yang dikuasai. Sebaliknya, kedatangan pasukan Khilafah Islam mereka membawa misi luhur: Memerdekakan manusia dari segala bentuk penindasan.  Menebarkan kebaikan, rahmat dan hidayah. Menerangi jalan hidup. Juga melenyapkan kezaliman yang membelenggu mereka. Inilah misi kemerdekaan Islam yang mulia. Misi yang diemban Khilafah Islam dalam setiap ekspansi (futuhat)-nya.

Sebelum Rib’i bin Amir, utusan lain yang datang kepada Rustum adalah Mughirah bin Syu’bah. Seperti ditulis oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah, Mughirah bin Syu’bah juga menyampaikan jawaban yang sama ketika ditanya Rustum. “Dunia bukanlah tujuan kami. Cita-cita dan tujuan kami adalah akhirat. Allah SWT telah mengutus kepada kami Rasul dan Dia berkata kepada dirinya, ‘Aku telah memberikan kekuasaan kepada kaum ini (kaum Muslim) atas orang-orang yang tidak tunduk pada agama-Ku.’”

Rustum bertanya lagi, “Agama apakah itu?”

Mughirah bin Syu’bah menjawab, “Pilar yang tegak di atas kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah serta pengakuan atas semua yang datang dari-Nya.” (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, IV/43).

Fragmen di atas setidaknya memberikan pelajaran berikut:

Politik luar negeri Daulah Islam atau Khilafah Islam adalah dakwah dan jihad. Inilah yang dipraktikkan oleh Rasululah saw. saat mengepalai pemerintahan Negara Islam di Madnah. Juga oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelah mereka sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam.

Ekspansi Daulah Islam atau Khilafah Islam tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan duniawi, tetapi juga untuk tujuan-tujuan mulia: menyebarkan risalah tauhid yang substansinya adalah memerdekakan manusia dari penghambaan hanya kepada Penguasa manusia, yakni Allah SWT.

Misi kemerdekaan Islam inilah yang tidak dimiliki negara-negara Muslim saat ini. Bahkan yang mengklaim sebagai Negara Islam seperti Arab Saudi, Iran, Turki dsb. Pasalnya, Islam memang tidak dijadikan sebagai ideologi negara mereka. Islam paling banter hanya menjadi falsafah negara. Dasar negara mereka yang sebenarnya adalah sekularisme (menihilkan peran agama dalam mengatur kehidupan). Wajarlah jika negara-negara Muslim di Dunia Islam—khususnya di Timur Tengah—saat ini tidak memiliki wibawa, bahkan harga diri، di hadapan negara-negara kafir. Para penguasanya cenderung tidak mandiri. Mereka tunduk pada kekuatan negara-negara kafir imperialis. Karena itu alih-alih memiliki misi untuk memerdekakan negeri-negeri Muslim yang terjajah seperti Palestina, misalnya, yang amat dekat dengan mereka. Untuk mencegah negara-negara mereka dari intervensi negara-negara kafir imperialis pun mereka tak berdaya. Apalagi menyebarkan risalah Islam dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia.

Kondisi ini sangat kontras dengan kondisi Negara Islam pada zaman Nabi saw. Juga dengan kondisi Kekhilafahan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin maupun para khilafah setelah mereka. Negara mereka begitu disegani bahkan ditakuti oleh negara-negara besar saat itu: Persia dan Romawi.

Kewibawaan Daulah Islam atau Khilafah Islam di hadapan negara-negara adidaya kafir saat itu antara lain tercermin dari sikap panglima pasukan Muslim, Rib’i bin Amir di atas. Orang-orang seperti Rib’i bin Amir tidak pernah kehilangan nyali ketika berhadapan dengan penguasa negara-negara besar.

Lalu bagaimana dengan Indonesia yang telah merayakan Hari Kemerdekaan untuk ke sekian kalinya?

Sayang. Jangankan memerdekakan bangsa dan umat lain. Memerdekakan dirinya dari ragam intervensi asing pun tak berdaya.

Alhasil, perayaan hari kemerdekaan setiap tahun di negeri ini acapkali hanyalah ritual tanpa arti. Tak bisa membuat kita bangga. Tak dapat memaksa kita membusungkan dada. Dengan sikap sempurna. Kecuali sebatas saat upacara menghormat bendera. Pasalnya, di dunia nyata ternyata semua asing yang punya. Di alam realita kaum imperialis tetap menjarah dan menjajah kita. Jika demikian, pekik merdeka sungguh selamanya akan tetap terasa hampa. []

Thursday, July 12, 2018

Keutamaan mempelajari Bahasa Arab

Kenapa mesti belajar bahasa Arab? Apa manfaatnya? Apa keutamaan mempelajari Bahasa Arab?
Walau kita bukan orang Arab, namun manfaatnya cukup besar jika kita mau mempelajari bahasa Arab.
Ini beberapa alasan kenapa kita mesti luangkan waktu untuk belajar bahasa Arab.

Pertama:

Keutamaan bahasa Arab amatlah jelas karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an Al-Karim. Cukup alasan inilah yang jadi alasan besar kenapa kita harus mempelajari bahasa Arab. Keistimewaan bahasa Arab disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dari sepuluh tempat, di antaranya pada ayat,
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ . قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 27-28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
اللِّسَانُ العَرَبِي شِعَارُ الإِسْلاَمِ وَأَهْلِهِ
“Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.” Disebutkan dalam Iqtidha’ Shirath Al-Mustaqim.

Kedua:

Dengan mempelajari bahasa Arab lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Dengan modal bahasa Arab akan mudah pula dalam memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafalkan, menjelaskan serta mengamalkannya.

Ketiga:

Orang yang paham bahasa Arab, terutama paham kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin mudah memahami Islam daripada yang tidak mempelajarinya sama sekali. Apalagi jika tugas seseorang sebagai penyampai dakwah, menjadi seorang da’i, kyai atau ustadz, tentu lebih urgent lagi mempelajarinya agar mudah memberikan pemahaman agama yang benar pada orang banyak.

Keempat:

Orang yang paham bahasa Arab akan mudah menggali ilmu dari ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini. Sedangkan yang tidak paham bahasa Arab hanya bisa mengandalkan kitab terjemahan dan itu sifatnya terbatas.

Kelima:

Bahasa Arab itu bahasa yang lembut dan lebih mengenakkan hati, serta menentramkan jiwa.
Ibnu Katsir saat menjelaskan surat Yusuf ayat kedua menyatakan,
لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس
“Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas (kosakatanya), dan paling banyak mengandung makna yang menentramkan jiwa.”

Keenam:

Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia.
Ibnu Katsir rahimahullah juga menyatakan,
فلهذا أنزلَ أشرف الكتب بأشرف اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ إنزاله في أشرف شهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه
“Karena Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan pada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai sisi itu, kita bisa menilai bagaimanakah mulianya kitab suci Al-Qur’an.”
Oleh karena itu Allah nyatakan tentang bahasa Arab,
إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2)

Ketujuh:

Bahasa Arab adalah bahasa yang lurus, mudah dipahami dan mudah digunakan sebagai hukum bagi manusia.
Allah menyatakan sendiri,
قُرْآَنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“(Ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 28)
Dalam ayat lain disebutkan,
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara: 192-195). Sebagaimana disebutkan dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasanya orang Quraisy yang setiap orang mudah memahaminya.
Juga dalam ayat lain disebutkan,
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.” (QS. Ar-Ra’du: 37). Disebutkan dalam Tafsir Al-Jalalain, bahasa Arab digunakan sebagai hukum di tengah-tengah manusia. Dalam Zaad Al-Masiir disebutkan bahwa bahasa Arab bisa digunakan untuk menerangkan hukum-hukum yang wajib.
Masih tak tergerak hati Anda untuk mempelajari bahasa yang paling mulia dan dicintai oleh Allah?
Semoga Allah mudahkan untuk mempelajari bahasa Arab. Ihrish ‘ala maa yanfa’uk, semangatlah dalam hal yang manfaat untukmu.


Sumber: https://rumaysho.com/12720-7-alasan-harus-belajar-bahasa-arab.html