Tuesday, December 12, 2017

Teruntuk Yang Terhormat Prof. Mahfud MD

*Teruntuk Yang Terhormat Prof. Mahfud MD*
oleh: Endiyah

Subhanallah awal mengetahui Anda berani bicara khilafah, kami salut. Karena tidak banyak tokoh sekuler-liberal (maaf sebutan ini kami yakin sesuai fakta) yang pernah ada dalam lingkaran kekuasaan punya nyali untuk bicara perihal #KHILAFAH. Bahkan di negara lain tidak ada yang berani ngajak debat perihal khilafah di hadapan publik. Sebab mereka sangat paham, debat atau dialog terbuka membahas khilafah justru akan mematikan argumentasi penolakan khilafah. Kalau pun ada yang berani bicara menolak khilafah maka hanya satu arah. Karena tidak siap Face to Face. Namun, bagaimana pun bagi kami 1 point layak untuk Anda.
Namun sayang, pada saat ILC anda salah waktu dan tempat. Anda berbicara tidak dalam forum yang sesuai. Bila anda wakil intelektual dengan level Profesor seharusnya Anda bersanding dengan para professor. Bila Anda mengaku ustadz yang kenyang dengan bangku pesantren, seharusnya Anda bersanding dengan para ustadz #KHILAFAH representatif pondok pesantren. Bila Anda seorang Pakar hukum tata negara, seharusnya Anda bersanding dengan para pakar hukum tata negara pro #KHILAFAH Agar Anda tak merasa High class dan memandang remeh orang lain. Seharusnya Anda menolak dihadirkan sebagai salah satu pembicara di ILC. Atau sesungguhnya memang ILC memandang kapasitas Anda memang bukan kapasitas intelektual seorang Professor, bukan kapasitas Representatif Pondok Pesantren, dan bukan kapasitas Pakar Hukum Tata Negara. Sungguh sayang, tantangan Anda pasca ILC menjadi "garing".
Lebih lagi setelah muncul banyak balasan untuk menanggapi tantangan "duel" #KHILAFAH yang Anda lakukan secara terbuka, dalam sekejap alasan "garing" Anda, lagi-lagi anda lontar kan. Sepihak Anda klaim mereka yang menjawab tantangan Anda argumentasi nya lemah, muter muter, tak menjawab dalil naqli, banyak yang menyarankan untuk tidak melanjutkan dan seabrek argumentasi ngeles lain Anda berikan sebagai alasan untuk "Menarik Tantangan Debat #KHILAFAH " yang Anda keluarkan sendiri. Apakah Anda berubah pikiran karena paham bargaining Anda menjadi sangat lemah? Pendukung Anda khawatir jika Anda yang paling professor menolak khilafah di Indonesia, maka siapa lagi profil yang akan mereka sanjung? Saat itu kadar intelektual para penolak #KHILAFAH menjadi sangat lemah dan tak layak dijadikan rujukan masyarakat. Apakah ini alasan yang sebenarnya?! Bila ini alasannya maka berarti Anda telah memberikan 1 point yang sama bagi para Intelektual pejuang #KHILAFAH.
Pesan kami, janganlah Anda menjadi "polos" dimanfaatkan orang-orang di sekitar Anda. Jagalah kadar intelektual Anda, Prof! Menantang diskusi tentang #KHILAFAH memang bukan jalan terbaik. Karena hanya akan melahirkan kepongahan, terjebak pada sikap "ngeyel" minus argumentasi, lebih berbahaya lagi menjauhkan dari kebenaran. Anda akan merugi bila yang terakhir ini terjadi pada Anda, rugi dunia dan akhirat.
Saran kami, tetap lanjutkan diskusi tentang #KHILAFAH dengan para intelektual pejuang #KHILAFAH di depan meja akademis. Tak harus diviralkan prosesnya. Namun, bila telah mencapai titik akhir, dan pastikan memang sampai pada titik akhir, maka publikasikan hasil diskusi tersebut. Tak masalah bila akan ada yang berubah dari pandangan awal. Sebab dalam diskusi yang ada bukan kalah menang. Justru nilai keadaban dan kearifan yang akan terwujud.
Bila Anda ingin penolakan terhadap #KHILAFAH bisa menjadi kokoh, maka satu-satunya cara adalah Anda berhadapan dengan para representatif Hizbut Tahrir di Indonesia. Sebab merekalah yang paling massif bicara #KHILAFAH kewajiban syar'i. Jangan beralasan ga level karena HTI telah dibubarkan. Sebab Anda tahu betul Hizbut Tahrir masih ada dan terus eksis melampaui prediksi para penentangnya. Bila Anda tak melakukannya maka berarti Anda telah memberikan point ke-2 bagi eksistensi pejuang dan perjuangan #KHILAFAH di Indonesia. Ucapan selamat seharusnya Anda berikan kepada mereka.
Dan Point ke 2 untuk Anda, Prof! Keberanian Pernyataan Anda untuk " Siap menjadi pejuang #KHILAFAH bila ada yang mampu menunjukkan bukti #KHILAFAH sebagi sistem pemerintahan dalam Al Qur'an dan Hadits ". Kami teringat duta besar Quraisy Amru bin Ash, yang berakhir dengan penerimaan terhadap dakwah Rosulullah saw meski hampir dikatakan terlambat. Sebab Daulah Islam telah tegak di Madinah kala itu.
Semoga menjadi bahan masukan bagi Prof Mahfud MD dan siapa saja yang membacanya.

Surabaya, 11/12/2017
16.00 wib

0 comments:

Post a Comment